TEMPO.CO, Jakarta - Bitcoin merosot tajam pada Rabu, sehari setelah adopsi uang kripto oleh El Salvador sebagai alat pembayaran yang sah menyebabkan kekacauan online dan di jalan.
Bitcoin terakhir diperdagangkan pada US$46.560 (Rp663 juta), setelah mengalami perdagangan liar sehari sebelumnya di mana ia mencapai level tertinggi hampir empat bulan di US$52.956 (Rp755 juta) sebelum jatuh 11,1%, penurunan terbesar sejak 2 Juni, menurut laporan Reuters, 8 September 2021.
Analis mengatakan penurunan tajam sebagian karena investor yang telah terpancing rumor langkah El Salvador.
"Saya pikir ada beberapa antisipasi menjelang kejadian itu (El Salvador), mirip dengan apa yang kami lihat menjelang listing Coinbase di Nasdaq," kata Henrik Andersson, kepala investasi di Apollo Capital, dana aset kripto di Melbourne, Australia, kepada Reuters.
Adopsi sebagai alat pembayaran yang sah pada prinsipnya merupakan kabar baik bagi bitcoin. Tetapi uang kripto jatuh pada hari Selasa karena fenomena "buy the rumor, sell the news" terkait dengan kebijakan Salvador yang akhirnya terjadi, kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, mengatakan kepada CNN.
Pepatah buy the rumor, sell the news mengungkap bahwa rumor memiliki satu efek pada harga sekuritas dan berita dapat memiliki efek sebaliknya.
"Negara ini membutuhkan sistem mata uang yang stabil dan sistem pembayaran yang efisien. Sejauh pemerintah atau bank El Salvador tidak akan menciptakan mata uang digital bank sentral, lebih masuk akal bagi mereka untuk mengadopsi mata uang digital stabil utama lainnya, apakah itu ditawarkan secara terpusat atau terdesentralisasi," kata Will Cong, profesor keuangan di Cornell University, mengatakan kepada CNN.
Pada satu titik pada hari Selasa, mata uang digital turun sebanyak 18,6%, kehilangan lebih dari US$180 miliar (Rp2.567 triliun) dari pasar.
Itu adalah hari bersejarah bagi bitcoin karena eksperimen El Salvador untuk menjadikannya alat pembayaran yang sah dimulai dengan awal yang tidak mulus.
Gangguan teknologi menghambat penggunaannya sementara protes jalanan oleh warga El Salvador yang tidak menentang uang kripto mulai bermunculan.
Saat bitcoin goyah, Presiden Salvador Nayib Bukele mengatakan pemerintahnya membeli 150 bitcoin tambahan pada hari Selasa, senilai sekitar US$7 juta (Rp99,8 miliar).
"Itu telah menggarisbawahi kesulitan dalam mencoba melindungi nilai bitcoin sebagai mata uangnya sendiri," kata Nana Otsuki, kepala ekonom di Monex Securities. "Pembelian tampaknya tidak efektif dalam menghentikan kejatuhannya."
Bitcoin telah diperdagangkan setinggi hampir US$53.000 (Rp756 juta) per koin pada hari Senin pada aktivitas El Salvador, CNN melaporkan.
Ketika bursa saham New York dibuka Selasa, mata uang digital kurang lebih datar, dan pada tengah hari telah jatuh ke level terendah 24 jam di US$42.921 (Rp612 juta), menurut data CoinDesk.
Meskipun uang kripto telah turun dari posisi terendahnya, ia diperdagangkan turun sekitar 9,5% pada sore hari.
Di tengah hiruk-pikuk perdagangan, pertukaran cryptocurrency utama AS Coinbase Global Inc, Kraken, dan Gemini, berjuang dengan penundaan dalam beberapa transaksi. Semuanya mengatakan sistem mereka telah dipulihkan.
Secara terpisah, regulator sekuritas AS telah mengancam akan menuntut Coinbase Global jika pertukaran kripto berlanjut dengan rencana untuk meluncurkan program yang memungkinkan pengguna mendapatkan bunga dengan meminjamkan aset kripto.
El Salvador telah membeli 200 bitcoin sebelumnya, dan membeli 200 lagi pada Senin malam menjelang adopsi resmi ditambah 150 lainnya pada hari Selasa, sehingga total negara menjadi 550 bitcoin. El Salvador juga akan memberi warganya bitcoin senilai US$30 (Rp427.787) dengan mengunduh aplikasi dompet Chivo yang dikelola negara untuk memberi insentif kepada warga untuk mencoba pembayaran melalui uang kripto.
Baca juga: El Savador Borong 400 Bitcoin, Jadi Negara Pertama yang Sahkan Uang Kripto
REUTERS | CNN