Conde memenangkan masa jabatan ketiga pada Oktober 2020 setelah mengubah konstitusi untuk memungkinkan dia terpilih lagi. Amandemen undang-undang dasar itu memicu protes keras dari oposisi.
Dukungan makin berkurang setelah pemerintah telah meningkatkan pajak secara tajam untuk mengisi kembali kas negara dan menaikkan harga bahan bakar sebesar 20 persen.
Alexis Arieff, dari Layanan Riset Kongres Amerika Serikat, mengatakan bahwa, meski pemberontakan dan kudeta bukanlah hal baru di Afrika Barat, kawasan itu telah mengalami "kemerosotan besar demokrasi" dalam beberapa tahun terakhir.
Conde, sebagaimana Presiden Pantai Gading, telah mengubah konstitusi untuk memperpanjang masa kepresidenan mereka pada tahun lalu sedangkan Mali telah mengalami dua kudeta militer dan Chad sekali.
Guinea mencatat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan selama dekade Conde berkuasa berkat kekayaan bauksit, bijih besi, emas, dan berlian.
Tetapi hanya sedikit warga yang merasakan manfaatnya, dan para kritikus mengatakan pemerintahan Conde menggunakan undang-undang pidana untuk mencegah perbedaan pendapat, sementara perpecahan etnis dan korupsi endemik telah mempertajam persaingan politik.