TEMPO.CO, Jakarta - Guru di Malaysia yang belum divaksinasi Covid-19 tidak akan diizinkan kembali ke sekolah untuk kelas tatap muka. Dalam sebuah unggahan di Twitter, Menteri Pendidikan Malaysia Radzi Jidin, mengatakan sekitar 2.500 guru telah menolak untuk divaksinasi.
Ada beberapa sebab penolakan, termasuk faktor kesehatan dan juga kurangnya kepercayaan terhadap vaksinasi, demikian laman Freemalaysiatoday, melaporkan, Jumat (3/9/2021).
Radzi Jidin mengatakan keputusan untuk melarang mereka mengajar secara tatap muka dan berinteraksi dengan siswa adalah untuk memastikan bahwa sekolah yang akan dibuka kembali aman untuk siswa, guru, dan manajemen.
“Kementerian pendidikan akan mengeluarkan pedoman dan juga berdiskusi dengan dinas layanan masyarakat tentang tindakan apa yang dapat dilakukan terhadap guru yang menolak divaksinasi,” katanya.
Dia menambahkan bahwa 96,7 persen guru telah menerima dosis vaksin pertama mereka sementara 85,26 persen sudah divaksinasi lengkap. Sementara itu, 73,1 persen petugas pelayanan seperti petugas kebersihan, kantin dan satpam juga telah diberikan dua dosis.
Persentase ini akan meningkat sebelum sekolah dibuka kembali awal bulan depan, katanya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin mengatakan dia akan membahas dengan Radzi proposal untuk membuat vaksinasi Covid-19 wajib bagi guru, dengan alasan implikasi hukum.
Sultan Selangor, Sultan Sharafuddin Idris Shah, memperingatkan para ustadz dan pengurus masjid di negara bagian yang menolak vaksin Covid-19 bisa dilarang menjalankan tugasnya.
Dalam sebuah pernyataan, Sultan Sharafuddin menyuarakan ketidaksenangannya bahwa 95 guru, 11 pejabat masjid di negara bagian itu menolak vaksinasi.
Sultan juga mengatakan, 450 guru sekolah dasar dan menengah di negara bagian itu menolak vaksin.
Sebelumnya, Putra Mahkota Johor Tunku Ismail Sultan Ibrahim memanggil direktur departemen pendidikan negara bagian dan 779 guru yang menolak untuk divaksinasi terkait masalah tersebut.
Malaysia kemarin mencatat kasus baru Covid-19 sebanyak 19.378 dengan kematian 330 orang.