TEMPO.CO, Jakarta - Keluarga korban serangan teroris 11 September 2001 atau Teror 9/11 meminta badan pengawas pemerintah AS menyelidiki kecurigaan mereka bahwa FBI berbohong atau menghancurkan bukti yang mengaitkan Arab Saudi dengan para pembajak pesawat.
"Keadaan memungkinkan bahwa satu atau lebih pejabat FBI melakukan pelanggaran secara sengaja dengan maksud untuk menghancurkan atau mengeluarkan bukti demi menghindari pengungkapan," demikian surat mereka ke Inspektur Jenderal Departemen Kehakiman Michael Horowitz, Kamis, 2 September 2021.
Biro Penyelidikan Federal (FBI) menolak mengomentari surat itu.
Permintaan itu menjadi yang terbaru dalam 20 tahun sejak sekelompok teroris menabrakkan pesawat sipil di New York, Washington dan Pennsylvania. Permohonan itu untuk mencari bukti, termasuk rekaman telepon dan video sebuah pesta di Kalifornia yang dihadiri dua orang pembajak pesawat lebih dari setahun sebelum serangan dilakukan.
"Mengingat pentingnya bukti yang hilang dalam penyelidikan Teror 9/11, juga kesalahan penanganan berulang oleh FBI terhadap bukti tersebut, penjelasan yang apa adanya tidak dapat dipercaya," kata surat tersebut, yang ditandatangani oleh 3.500 orang keluarga korban, tim penyelamat yang datang pertama di lokasi kejadian, dan para penyintas.
Pertunjukan Tribute in Light di antara gedung-gedung di kawasan lower Manhattan, New York (10/9). Lampu-lampu ini dinyalakan di tempat berdirinya gedung WTC yang hancur oleh serangan teroris pada 11 September 2001. (AP Photo/Mark Lennihan)
Surat itu meminta Horowitz untuk menyelidiki pernyataan FBI yang menanggapi panggilan pengadilan dari keluarga korban bahwa badan tersebut "kehilangan atau tak lagi dapat menemukan bukti kunci tentang individu-individu yang memberikan bantuan substansial di AS kepada para pembajak 9/11."
Arab Saudi sebelumnya menyatakan mereka tidak terlibat dalam serangan yang menggunakan pesawat yang dibajak tersebut.
Kedutaan besar Saudi di Washington belum menanggapi permintaan untuk wawancara.
"Pemerintah kita berbohong tentang bukti yang mereka miliki atau sengaja menghancurkannya, dan saya tidak tahu mana yang lebih buruk," kata Brett Eagleson, putra korban 11 September Bruce Eagleson, dalam sebuah wawancara.
Keluarga korban telah lama mencari dokumen pemerintah AS, termasuk laporan agen rahasia dan badan intelijen, tentang apakah Arab Saudi membantu atau membiayai siapa pun dari 19 orang yang terkait dengan al-Qaida.
Kelompok teroris tersebut diberi perlindungan di Afghanistan oleh Taliban pada saat itu.
Berikutnya: 15 pembajak dari Saudi