TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan, ada kebutuhan untuk terlibat dengan Taliban menyangkut persoalan Afghanistan, tetapi Inggris tidak berencana mengakui pemerintahan mereka dalam waktu dekat ini.
"Komitmen kami di pihak Inggris untuk Afghanistan tetap ada. Kami perlu menyesuaikan diri dengan kenyataan baru," kata Raab dalam konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani, Kamis, 2 September 2021.
Ia berada di Doha untuk mengunjungi penampungan bagi para pengungsi Afghanistan setelah Taliban berkuasa bulan lalu.
Raab mengatakan dia telah berdiskusi dengan para pejabat Qatar untuk memastikan Afghanistan tidak mendukung terorisme di masa depan, mencegah krisis kemanusiaan, menjaga stabilitas regional, dan meminta pertanggungjawaban Taliban atas janji publik mereka untuk membentuk pemerintahan yang lebih inklusif.
"Prioritas langsung kami adalah untuk mengamankan perjalanan bagi warga negara Inggris yang tersisa, dan juga warga Afghanistan yang bekerja untuk Inggris, dan orang lain yang mungkin paling berisiko," ujar dia.
Raab mengatakan bahwa dia akan berbicara dengan para pemimpin regional untuk memastikan perjalanan yang aman melalui negara ketiga.
Inggris telah memindahkan kedutaannya di Afghanistan dari Kabul ke ibu kota Qatar, Doha.
Sheikh Mohammed mengatakan Qatar sedang berbicara dengan Taliban dan bekerja dengan Turki untuk mendapatkan dukungan teknis potensial untuk memulai kembali operasi di bandara Kabul.
"Kami terlibat dengan mereka (Taliban), terlibat juga dengan Turki untuk memberikan bantuan teknis di bidang itu. Mudah-mudahan dalam beberapa hari ke depan akan ada kabar baik," kata Sheikh Mohammed.
"Belum ada indikasi yang jelas kapan (bandara) itu akan beroperasi penuh. Kami tetap berharap bahwa kami akan dapat mengoperasikannya sesegera mungkin."
Militan Islam garis keras Taliban menguasai Ibu Kota Kabul 15 Agustus 2021, tetapi belum menyebutkan nama pemerintah atau mengungkapkan bagaimana mereka berniat untuk memerintah.
Baca: Pejabat Bank Sentral Afghanistan Minta Amerika Beri Akses Aset Negara ke Taliban