TEMPO.CO, Jakarta - Korea Utara telah menolak sekitar tiga juta dosis vaksin COVID-19 Sinovac Biotech China dari COVAX, dengan mengatakan vaksin-vaksin itu harus dikirim ke negara-negara yang terkena dampak parah, kata UNICEF pada hari Rabu.
Kementerian publik Korea Utara menekankan pada pasokan global yang terbatas untuk vaksin dan lonjakan virus yang berkelanjutan di tempat lain, menurut badan anak-anak PBB yang mengelola pasokan untuk fasilitas COVAX untuk negara-negara berpenghasilan rendah, dikutip dari Reuters, 2 September 2021.
Sejauh ini, Korea Utara belum melaporkan kasus COVID-19 dan telah memberlakukan tindakan anti-virus yang ketat, termasuk penutupan perbatasan dan pembatasan perjalanan domestik.
Seorang juru bicara badan PBB mengatakan kepada Reuters, kementerian akan terus berkomunikasi dengan COVAX untuk menerima vaksin dalam beberapa bulan mendatang.
Pada bulan Juli, Korea Utara telah menolak pengiriman vaksin AstraZeneca karena kekhawatiran akan efek samping, menurut sebuah think-tank Korea Selatan, yang berafiliasi dengan agen mata-mata Korea Selatan.
Institute for National Security Strategy kemudian mengatakan Korea Utara tidak tertarik pada vaksin China karena kekhawatiran mereka mungkin tidak begitu efektif, tetapi telah menunjukkan minat pada vaksin Covid-19 yang dibuat di Rusia.
Beberapa negara seperti Thailand dan Uruguay, telah mulai menggunakan vaksin lain untuk mereka yang menerima vaksin Sinovac sebagai dosis pertama mereka, dalam upaya untuk meningkatkan perlindungan.
"Kami terus bekerja dengan otoritas DPRK untuk membantu menanggapi pandemi COVID-19," kata juru bicara Aliansi Global untuk aliansi Vaksin dan Imunisasi, salah satu organisasi yang memimpin skema COVAX.
Baca juga: Korea Utara Buat Alat Tes PCR Sendiri
REUTERS