TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Australia memutuskan untuk memperpanjang lockdown COVID-19 di Melbourne selama tiga pekan. Di saat bersamaan, Australia mengubah strategi penanganan pandemi COVID-19nya. Dari yang awalnya berfokus ke menghilangkan COVID-19, Pemerintah Australia memilih untuk berdamai dengan COVID-19.
Strategi yang dipilih Australia sama dengan rencana Inggris dan Singapura. Pada dasarnya mereka akan menganggap COVID-19 sebagai sesuatu yang endemik, tidak akan hilang.Walau begitu, protokol kesehatan dan vaksinasi COVID-19 akan ditingkatkan untuk memastikan warga tetap terlindung dari ancaman penularan sementara kegiatan ekonomi dijalankan.
Perdana Menteri Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews, mengatakan bakal melonggarkan pembatasan sosial begitu 70 persen orang dewasa sudah tervaksinasi. Targetnya, hal itu tercapai 23 September nanti. Dengan begitu, kegiatan ekonomi bisa digenjot lagi setelah terpukul berkali-kali.
"Kita sudah mencoba segala cara hingga satu titik di mana kami menyadari angka kasus tak akan menurun. Angka kasus akan terus naik...Kami harus memanfaatkan waktu untuk vaksinasi sembari mencegah kasus baru," ujar Andrews, dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 1 September 2021.
Orang-orang mengantre di luar pusat vaksinasi Covid-19 di Sydney Olympic Park di Sydney, Australia, 14 Juli 2021. [REUTERS/Jane Wardell]
Di negara bagian Victoria, di mana Melbourne berada, angka kasus terus naik seperti kata Andrews. Dari 76 kasus di hari Selasa, jumlah kasus naik menjadi 120 pada hari ini. Dari 120 kasus tersebut, sebanyak 100 di antaranya merupakan penularan komunitas.
Negara bagian tetangga, New South Wales, juga akan berdamai dengan COVID-19 dan memilih untuk fokus menggenjot vaksinasi. Mereka pun memajukan target dari 70 persen warga di bulan Oktober manjdi September.
"Di mana pun kamu tinggal, kehidupan akan lebih mudah dan bebas jika 70 persen warga sudah tervaksinasi. Sejauh ini, baru 37 persen yang tervaksinasi penuh dan 67 persen yang menerima satu dosis," ujar PM Negara Bagian New South Wales, Gladys Berejiklian.
Per berita ini ditulis, New South Wales memiliki 1116 kasus COVID-19 per hari.
PM Australia Scott Morrison mendukung rencana berdamai dengan COVID-19. Menurutnya, Australia tidak bisa sedikit-sedikit melakukan lockdown karena dampaknya terlalu besar. "Kita bisa hidup bersama virus ini," ujarnya.
Kepala Asosiasi Medis Australia, Chris Moy, mengatakan kepada Reuters bahwa varian Delta lah yang mengubah pendekatan dalam menghadapi COVID-19. Betapa mudahnya varian itu menyebar, kata Moy, menandakan teknik penangkalan pandemi lama telah usang.
"Kesempatan untuk mengeliminasi COVID-19 begitu kecil. Jika kelewatan, Delta akan menentukan nasibnya sendiri," ujar Moy yang mendukung jangan ada pelonggaran sebelum 70-80 persen warga Australia tervaksinasi.
Baca juga: Kematian Akibat Covid-19 di Australia Tembus Seribu Orang
ISTMAN MP | REUTERS