TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden memejamkan mata dan mendongak saat peti-peti berselimut bendera Amerika Serikat, yang membawa jenazah 11 tentara Amerika, tiba di sebuah pangkalan militer di Delaware pada Minggu, 29 Agustus 2021.
Ke-11 tentara Amerika Serikat itu gugur dalam serangan bom bunuh diri di Afghanistan.
Foto Sersan Korps Marinir AS Johanny Rosario Pichardo terlihat di tugu peringatan darurat 13 tentara AS yang tewas di Afghanistan pada 26 Agustus 2021, di Memorial Perang Korps Marinir AS di Arlington, Virginia, AS, 29 Agustus 2021. Marinir yang berasal dari Lawrence, Massachusetts ini berusia 25 tahun saat tewas dalam serangan bom bunuh diri. REUTERS/ Elizabeth Frantz
Biden, istrinya - Jill, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin, dan pejabat militer senior di pemerintahan Amerika Serikat, berdiri dengan wajah muram ketika pasukan menggotong peti-peti itu.
Suara tangisan pecah dan seorang perempuan pingsan saat jenazah orang yang dicintainya, dimasukkan ke dalam sebuah mobil van, menjalani identifikasi dan otopsi lebih lanjut.
Ke-11 anggota militer itu berasal dari total 13 tentara Amerika Serikat yang gugur dalam serangan bom bunuh diri. Serangan itu, diklaim oleh kelompok radikal ISIS, yang dilakukan pada Kamis, 26 Agustus 2021, di luar bandara Kabul. Puluhan warga negara Afghanistan juga tewas dalam serangan itu.
Sebelumnya pada Minggu, 29 Agustus 2021, Biden dan istrinya sempat bertemu dengan beberapa anggota keluarga tentara Amerikat Serikat yang gugur dalam serangan bom bunuh diri tersebut. Kabar buruk itu, tentu menjadi duka bagi keluarga.
Foto David Lee Espinoza, 20, seorang Marinir di antara tiga belas tentara AS yang tewas dalam bom bunuh diri di bandara yang mematikan di Kabul, Afghanistan pada 26 Agustus 2021. Marinir AS/Handout via REUTERS
Ada dua jenazah dua anggota tentara Amerika Serikat lainnya, yang tewas dalam serangan itu, yang di bawah pulang secara pribadi atas permintaan keluarga mereka.
Biden, sebelumnya telah dikritik oleh Partai Republik, dimana pemerintahannya dianggap ceroboh karena melakukan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan per 31 Agustus 2021. Penarikan pasukan dilakukan setelah berkecamuk perang dua dekade di Afghanistan.
Pemerintahan Biden saat ini fokus pada pengamanan sisa pasukan Amerika Serikat di Ibu Kota Kabul dan memuat warga negara Amerika serta sebanyak mungkin warga negara Afghanistan dalam kelompok rentan, untuk dievakuasi dari Kabul. Lebih dari 114 ribu tentara Amerika Serikat telah diterbangkan dalam dua minggu terakhir.
Biden telah bersumpah untuk menghukum mereka yang bertanggung jawab atas pemboman di luar Bandara Kabul pada Kamis kemarin. Sedangkan militer Amerika Serikat mengatakan pada Sabtu kemarin bahwa mereka telah membunuh dua militan ISIS-K dalam serangan drone di Afghanistan timur.
Baca juga: Joe Biden Janji Bakal Ada Serangan Lanjutan ke ISIS-K
Afifa Rizkia Amani | Reuters.com