TEMPO.CO, Jakarta - Perselisihan atas pasokan bahan bakar yang langka memicu ketegangan sektarian antara desa tetangga Muslim Syiah dan Kristen di Lebanon selatan selama akhir pekan, memaksa tentara untuk campur tangan, kata sumber keamanan Lebanon.
Bentrokan yang sebagian besar disebabkan kelangkaan bensin dan solar adalah kejadian sehari-hari di Lebanon, memicu kekhawatiran yang berkembang tentang turunnya ke dalam kekacauan setelah dua tahun krisis keuangan.
Sekitar enam orang terluka dalam perselisihan yang melibatkan desa Kristen Maghdouche dan Syiah Ankoun, kata sumber keamanan, dilaporkan Reuters, 30 Agustus 2021.
Insiden bermula ketika seorang warga Maghdouche mengajukan keluhan kepada polisi setelah terluka dalam perselisihan tentang bahan bakar pada hari Jumat dan polisi mengunjungi Ankoun untuk menyelidiki.
Penduduk desa memblokir jalan dan membakar pohon dan pasukan dikerahkan, kata sumber itu. Situasi tenang pada hari Senin.
Gerakan Syiah Amal, yang dipimpin oleh Ketua Parlemen Nabih Berri, mengutuk kekerasan tersebut, dengan mengatakan bahwa itu tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi di Maghdouche, menyangkal tuduhan keterlibatan di media sosial.
Krisis keuangan, yang telah membuat nilai mata uang jatuh lebih dari 90% dalam dua tahun dan memaksa lebih dari setengah populasi jatuh miskin, memasuki fase baru bulan ini karena kekurangan BBM membuat sebagian besar Lebanon lumpuh.
Ulama Muslim Sunni paling senior di negara bagian itu, Mufti Agung Sheikh Abdul Latif Derian, mengatakan pada Jumat Lebanon sedang menuju keruntuhan total kecuali tindakan diambil untuk memperbaiki krisis tersebut.
Krisis keuangan telah diperparah oleh kelumpuhan politik, negara yang tidak memiliki pemerintahan sejak yang terakhir mengundurkan diri pasca-ledakan pelabuhan Beirut tahun lalu.
Perdana Menteri Lebanon yang baru ditunjuk Najib Mikati, orang ketiga yang berusaha membentuk kabinet sejak yang terakhir mengundurkan diri, mengatakan pada hari Jumat ada rintangan besar yang memperumit proses tersebut.
Baca juga: Gubernur Bank Sentral Lebanon Sebut Tidak Ada yang Jalankan Negara Saat ini
REUTERS