TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Energi Atom PBB atau IAEA dalam laporan tahunannya menyoroti upaya Korea Utara memperluas persenjataannya. Korea Utara diduga telah menyalakan sebuah reaktor nuklir yang diyakini memproduksi plutonium untuk senjata nuklir.
IAEA dalam laporan Jumat, 27 Agustus 2021, menjelaskan ada sejumlah tanda-tanda reaktor 5 megawatt, beroperasi. Hal ini terlihat pertama kali sejak akhir 2018.
“Sejak awal Juli 2021, sudah ada sejumlah indikasi diantaranya limbah air pendingin dan operasi yang konsisten,” demikian laporan IAEA, menyinggung reaktor di Yongbyon, yakni sebuah komplek nuklir yang menjadi inti program nuklir Korea Utara.
Detik-detik peluncuran proyektil jarak pendek di Wonsan, Korea Utara, Sabtu, 4 Mei 2019 waktu setempat. Sejumlah analis menduga Korea Utara berusaha memperkuat tekanan kepada Amerika Serikat setelah Presiden Donald Trump dan Kim Jong Un gagal mencapai kesepakatan tentang denuklirisasi dalam KTT di Hanoi, Vietnam Februari lalu. KCNA via REUTERS
IAEA tidak memiliki akses ke Korea Utara sejak Pyongyang mengeluarkan pengawas IAEA pada 2009 silam. Korea Utara lalu melanjutkan program senjata nuklirnya dan segera melanjutkan uji coba senjata nuklirnya. Korea Utara terakhir kali melakukan uji coba nuklir pada 2017.
IAEA sekarang ini memantau pergerakan nuklir Korea Utara dari jauh, yang sebagian besar melalui gambar-gambar satelit. Gambar komersial satelit memperlihatkan air limbah yang memperkuat dugaan kalau reaktor nuklir Korea Utara menyala lagi.
“Tidak ada cara untuk mengetahui mengapa reaktor (nuklir) tidak beroperasi sebelumnya, kendati ada pengerjaan pada bendungan air dalam setahun terakhir untuk memastikan ada cukup air dalam sistem pendingin,” kata Jenny Town, Direktur 38 North project, yang berkantor pusat di Amerika Serikat dan memantau pergerakan Korea Utara.
Menurut Town, dalam beberapa pekan ke depan atau bulan kondisi cuaca di Korea Utara bisa mempengaruhi operasional reaktor. Pada tahun lalu, 38 North mengatakan banjir bandang pada Agustus 2020 telah berdampak pada pusat-pusat pompa yang terhubung dengan Yongbyon. Ini menyoroti betapa rapuhnya sistem pendingin reaktor nuklir Korea Utara pada cuaca ekstrim.
Hujan musiman bisa menimbulkan banjir di sejumlah area pada tahun ini di Korea Utara. Namun media di Korea Utara mewartakan tidak ada ancaman sejauh ini.
Baca juga: ITB dan ThorCon Kerja Sama Riset Pembangunan Reaktor Nuklir
Sumber: Reuters