TEMPO.CO, Jakarta - Taliban pada Sabtu mengatakan mereka akan mengumumkan pemerintahan baru untuk Afghanistan dalam minggu mendatang dan memperkirakan gejolak ekonomi, serta penurunan tajam mata uang yang mengikuti pengambilalihan kota itu dua minggu lalu, akan mereda dengan cepat.
Zabihullah Mujahid, juru bicara utama Taliban, menyampaikan pengumuman itu kepada Reuters saat militer AS menghentikan misinya untuk mengevakuasi warga AS dan warga Afghanistan yang rentan, serta menarik pasukan dari bandara Kabul menjelang tenggat waktu 31 Agustus yang ditetapkan oleh Presiden Joe Biden.
Menurut laporan Reuters, yang dikutip pada 29 Agustus 2021, Mujahid mengutuk serangan pesawat drone AS semalam terhadap militan ISIS-K setelah serangan bom bunuh diri Kamis di dekat bandara Kabul, sebagai "serangan yang jelas di wilayah Afghanistan".
Namun dia mengimbau Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya untuk mempertahankan hubungan diplomatik setelah penarikan pasukan mereka, yang dia harapkan akan selesai segera.
Kerumunan orang menunggu giliran evakuasi di luar bandara Kabul, Afghanistan, 25 Agustus 2021. Dalam 12 hari terakhir, negara-negara Barat telah mengevakuasi hampir 100.000 orang dari bandara ini. Twitter/DAVID_MARTINON melalui REUTERS/File Foto
Ada rasa frustrasi yang meningkat di Kabul atas kesulitan ekonomi parah yang disebabkan oleh anjloknya mata uang dan kenaikan harga pangan, dengan bank-bank masih tutup dua minggu setelah jatuhnya kota itu ke tangan Taliban.
Mujahid mengatakan para pejabat telah ditunjuk untuk menjalankan lembaga-lembaga utama termasuk kementerian kesehatan dan pendidikan masyarakat dan bank sentral.
Para pejabat PBB telah memperingatkan bahwa Afghanistan menghadapi bencana kemanusiaan, ketika sebagian besar negara itu menderita kondisi kekeringan yang ekstrem.
Ekonomi Afghanistan, yang hancur setelah empat dekade perang, juga menghadapi kerugian miliaran dolar dalam bantuan asing, menyusul penarikan kedutaan besar Barat dari negara itu.
Mujahid mengatakan masalah ekonomi yang dialami akan berkurang begitu pemerintahan baru terbentuk.
"Kejatuhan Afganistan terhadap mata uang asing bersifat sementara dan karena situasi yang tiba-tiba berubah, akan kembali normal begitu sistem pemerintahan mulai berfungsi," kata juru bicara Taliban itu.
Baca juga: Balas Teror Bom di Bandara Kabul, Serangan Drone AS Bunuh Perencana Teror ISIS-K
REUTERS