TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat senior militer AS pada Jumat mengatakan China sedang membangun cepat senjata nuklir dan akan melampaui Rusia sebagai ancaman nuklir utama terhadap Amerika Serikat.
Letnan Jenderal Angkatan Udara AS Thomas Bussiere, wakil komandan Komando Strategis AS, yang mengawasi persenjataan nuklir Amerika Serikat, mengatakan pengembangan kemampuan nuklir China tidak dapat lagi diselaraskan dengan klaim publiknya, yang mengatakan mereka ingin mempertahankan nuklir untuk pertahanan seminimal mungkin.
"Akan ada titik, titik melampaui, di mana jumlah ancaman yang diberikan oleh China akan melebihi jumlah ancaman yang saat ini dihadirkan Rusia," kata Bussiere dalam sebuah forum daring, dikutip dari Reuters, 28 Agustus 2021.
Dia mengatakan penentuan tidak akan hanya didasarkan pada jumlah hulu ledak nuklir yang ditimbun China, tetapi juga pada bagaimana mereka "secara operasional dikerahkan."
"Akan ada titik persimpangan, kami percaya, dalam beberapa tahun ke depan," kata Bussiere.
Seperti diketahui Cina sedang memperluas kekuatan nuklirnya untuk menghalangi Amerika Serikat, bertahan dari kemungkinan serangan nuklir dan mampu mengalahkan pertahanan rudal AS. Saat ini, China memiliki lebih dari 300 hulu ledak nuklir, jauh lebih kecil dari Amerika Serikat dan Rusia yang memiliki ribuan hulu ledak nuklir. Planet/Center for Nonproliferation Studies
Tidak seperti Rusia, Amerika Serikat tidak memiliki perjanjian atau mekanisme dialog dengan China mengenai masalah ini untuk mengurangi kesalahan persepsi atau kebingungan, tambahnya.
Komentar Bussiere muncul ketika Amerika Serikat berusaha untuk menyelaraskan kembali kebijakan luar negerinya untuk memberikan penekanan yang lebih besar di kawasan Indo-Pasifik untuk melawan kekuatan ekonomi dan militer China yang tumbuh.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan keprihatinan mendalam tentang persenjataan nuklir China yang berkembang selama pertemuan dengan para menteri luar negeri negara-negara Asia dan negara-negara mitra pada awal Agustus.
Laporan think-tank berdasarkan citra satelit mengatakan China tampaknya membangun ratusan silo baru untuk rudal nuklir, dan Washington menuduh China menolak pembicaraan senjata nuklir.
China mengatakan persenjataannya ditekan oleh Amerika Serikat dan Rusia, dan siap untuk berdialog, tetapi hanya jika Washington mengurangi persediaan nuklirnya ke tingkat China.
Dalam laporan tahun 2020 kepada Kongres AS, Pentagon memperkirakan persediaan hulu ledak nuklir operasional China berada di "serendah-rendahnya 200-an," dan mengatakan itu diproyeksikan setidaknya dua kali lipat ketika China memperluas dan memodernisasi pasukannya.
Menurut lembar fakta Departemen Luar Negeri, Amerika Serikat memiliki 1.357 hulu ledak nuklir yang dikerahkan pada 1 Maret.
Kemajuan China dalam teknologi rudal untuk mengirimkan hulu ledak nuklir juga menjadi perhatian Amerika Serikat, dan Bussiere mengatakan China tahun lalu menguji lebih banyak kemampuan rudal balistik daripada uji coba seluruh dunia jika digabungkan.
Baca juga: China Akan Memasukkan Pemikiran Xi Jinping ke dalam Kurikulum Nasional
REUTERS