TEMPO.CO, Jakarta - Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Darurat Ibu Kota Kabul, Afghanistan, pada Jumat, 27 Agustus 2021, bekerja sampai larut malam untuk merawat pasien korban ledakan bom bunuh diri yang diklaim oleh kelompok radikal Islamic State (ISIS). Bom diledakkan di tengah kerumunan orang yang sedang menunggu di luar Bandara Kabul.
Serangan tersebut, setidaknya menewaskan 85 orang dan dikhawatirkan akan ada serangan bom bunuh diri lainnya.
“Pada saat ini, hampir setiap orang di Kabul merasa waswas. Tidak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam beberapa jam ke depan,” kata Rossella Miccio, Kepala Rumah Sakit Darurat Kabul, yakni sebuah rumah sakit yang dikelola lewat bantuan dari Italia.
Miccio menceritakan tenaga kesehatan yang merawat pasien – pasien telah bekerja lembur atau sampai dini hari. Mereka merawat lebih dari 60 pasien, di mana dari jumlah itu 16 orang meninggal karena luka-luka yang mereka alami saat mereka tiba.
“Ini hal yang melelahkan, sungguh sangat lelah. Mereka selesai merawat pasien terakhir sekitar pukul 4 subuh. Jadi pada dasarnya, tenaga kesehatan itu telah bekerja sepanjang hari. Untungnya, staf yang mendapat giliran bertugas hari ini, mereka masuk dan tidak menghadapi kendala besar saat dalam perjalanan menuju rumah sakit,” kata Miccio.
Saat ini, banyak rumor berkembang kalau militan ISIS sudah berada di Ibu Kota Kabul. Suasana di kota itu terasa sangat penuh ketegangan, beberapa orang memproyeksikan serangan demi serangan akan lebih banyak terjadi. Proses evakuasi di Bandara Kabul pun masih kacau-balau.
Kelompok radikal Taliban telah membongkar tembok-tembok beton yang dibangun untuk melindungi Kota Kabul selama bertahun-tahun. Serangan bom bunuh diri di area Bandara Kabul pada Kamis, 26 Agustus 2021, mungkin menjadi pengingat keruntuhan Pemerintahan Afghanistan yang di dukung oleh negara-negara Barat akan segera berakhir.
Baca juga: Dianggap Gagal Tangani Situasi Afghanistan, Joe Biden Bakal Dimakzulkan?
Sumber: Reuters