TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Republikan di Parlemen Amerika, Kevin McCarthy, mengatakan Presiden Joe Biden bakal mendapatkan "balasan" atas dampak penarikan pasukan di Afghanistan. Hal itu menyusul makin intensenya serangan dan kritikan Republikan terhadap Joe Biden soal penarikan pasukan, evakuasi warga, dan ancaman teror di Kabul.
Dikutip dari CNN, McCarthy sudah berbicara dengan Joe Biden pada Kamis kemarin perihal perkembangan di Afghanistan pasca-teror ISIS-K. Adapun dalam pembicaraan tersebut, keduanya sepakat bahwa fokus sekarang adalah menyelamatkan warga Amerika dan Afghanistan sebanyak mungkin sebelum 31 Agustus 2021.
"Kami akan meminta pertanggungjawaban dari segala pihak yang terlibat," ujar McCarthy, Kamis, 26 Agustus 2021.
Menurut laporan CNN, perbincangan di antara keduanya berlangsung beberapa jam setelah serangan bom ISIS-K di Bandara Hamid Karzai, Kabul yang menewaskan 13 tentara Amerika.
Kerumunan orang menunggu giliran evakuasi di luar bandara Kabul, Afghanistan, 25 Agustus 2021. Dalam 12 hari terakhir, negara-negara Barat telah mengevakuasi hampir 100.000 orang dari bandara ini. Twitter/DAVID_MARTINON melalui REUTERS/File Foto
Sebelum berbicara dengan Joe Biden, McCarthy lebih dulu meminta Ketua Parlemen Amerika Nancy Pelosi untuk membawa isu Afghanistan ke Kongres. Tujuannya, agar anggota Kongres bisa mendapat keterangan secara jelas dan komprehensif dari Joe Biden soal kekacauan yang terjadi di Afghanistan beberapa pekan terakhir.
Sebagaimana diketahui, sejak Presiden Joe Biden memutuskan untuk melanjutkan penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan, berbagai peristiwa terjadi di sana. Peristiwa terpenting terjadi 14 Agustus lalu di mana Taliban mengambil alih pemerintahan yang kemudian memicu evakuasi besar-besaran dan serangan teror oleh ISIS-K.
"Kami akan membuat rancangan legislasi untuk mencegah penarikan pasukan hingga semua warga Amerika berhasil diselamatkan dari Afghanistan," ujar McCarthy.
Sejumlah politisi Republikan dikabarkan sudah mulai bergerilya untuk mendapatkan informasi dan fakta soal penanganan situasi di Afghanistan oleh administrasi Joe Biden. Annggota Komite Intelijen Parlemen Amerika, Devin Nunes, misalnya dikabarkan telah mengirim surat ke Direktur Intelijen Nasional untuk meminta keterangan.
Tangkapan layar evakuasi korban terluka ke rumah sakit setelah serangan bom bunuh diri di bandara Kabul, di Kabul, Afghanistan, 26 Agustus 2021. Bom bunuh diri yang didalangi kelompok ISIS-K menewaskan sedikitnya 60 warga sipil dan 13 tentara Amerika Serikat. REUTERS TV/1TV/Handout via REUTERS
Beberapa anggota Republikan, dikutip dari CNN, ada juga yang terang-terangan menyalahkan Joe Biden atas situasi di Afghanistan. Elise Stefanik, anggota parlemen dari New York, menyebut ada "darah di tangan Joe Biden". Sementara itu, Senator Marsha Blackburn mengatakan pejabat-pejabat tinggi dan Joe Biden harus mengundurkan diri sebagai pertanggungjawaban.
"Joe Biden, Kamala Harris, Menlu Antony Blinken, Menhan Lloyd Austin, dan Panglima Militer Mark Milley harus mengundurkan diri atau bakal menghadapi pemakzulan." ujar Blackburn.
Partai Demokrat, tempat Joe Biden berasal, memantau terus perkembangan situasi baik di Afghanistan maupun di Kongres Amerika. Sementara itu, juru bicara Pemerintah Amerika Jen Pskai enggan berkomentar banyak soal kabar pemakzulan yang beredar.
"Ini bukan hari yang tepat untuk berpolitik. Ini adalah hari di mana anggota Militer Amerika tewas di tangan teroris. Kami meminta seluruh warga Amerika untuk bersama-sama mendukung kami mengejar dan menghukum pembunuh mereka," ujar Jen Psaki soal serangan ISIS-K di Afghanistan yang total menewaskan 85 orang.
Baca juga: Joe Biden Sebut Evakuasi Jalan Terus Pasca-Serangan ISIS-K di Afghanistan
ISTMAN MP | CNN