TEMPO.CO, Jakarta - Amerika Serikat mewaspadai serangan lanjutan yang akan dilancarkan kelompok teroris ISIS usai ledakan bom bunuh diri di Bandara Kabul, Afghanistan. Kepala Komando Pusat Militer AS Jenderal Frank McKenzie mengatakan Amerika mewaspadai lebih banyak serangan yang kemungkinan dilakukan oleh ISIS, termasuk kemungkinan serangan roket atau bom yang menargetkan bandara.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk bersiap," katanya. Ia menambahkan AS sudah membagi beberapa informasi intelijen dengan Taliban,
Serangan bom bunuh diri di Bandara Hamid Karzai, Kabul terjadi saat AS berlomba menyelesaikan penarikan pasukan dari Afghanistan hingga batas waktu 31 Agustus 2021. ISIS mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap serangan tersebut dan membuat AS sangat murka.
"Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan melupakan. Kami akan memburu dan kalian harus membayarnya," kata Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih.
Dalam video yang diambil setelah ledakan bom, mayat-mayat bergelimpangan di saluran pembuangan di dekat pagar bandara. Beberapa mayat ditumpuk dan belum diangkut. Di bagian lain, sejumlah warga sipil meratap dan mencari keluarga mereka.
Puluhan warga sipil dan 13 tentara Amerika tewas dalam serangan tersebut. "Saya melihat mayat-mayat terbang terbang di udara seperti angin puting beliung meniup kantong plastik," kata seorang saksi Afghanistan.
Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab terhadap serangan di Bandara Hamid Karzai di Kabul yang terjadi Kamis malam, 26 Agustus 2021. Pernyataan itu dikutip Al Jazeera dari media propaganda ISIS, Amaq.
ISIS mengklaim pengebom mampu menembus benteng keamanan dan berada hanya dalam jarak lima meter dari pasukan AS. Amaq juga menulis bahwa pelaku meledakkan sabuk yang berisi bom.
Baca: Joe Biden Ancam ISIS Atas Serangan Bom di Bandara Kabul: Kami Akan Memburu Anda
REUTERS | AL JAZEERA