TEMPO.CO, Jakarta - Iran melanjutkan ekspor bahan bakar ke Afghanistan untuk memenuhi permintaan Taliban yang kini menguasai negara tersebut. Harga bahan bakar minyak di Afghanistan merangkak naik mencapai US$ 900 per ton karena tingginya permintaan. Banyak warga Afghanistan berkendara ke luar kota karena ketakutan akan Taliban.
Untuk mengatasi lonjakan harga, Taliban meminta Iran membuka perbatasannya untuk para pedagang. "Taliban mengirim pesan ke Iran yang mengatakan Anda dapat melanjutkan ekspor produk minyak bumi," ujar Hamid Hosseini, anggota dewan dan juru bicara Serikat Pengekspor Produk Minyak, Gas dan Petrokimia Iran, di Teheran kepada Reuters.
Taliban mengirim pesan ke pedagang dan kamar dagang Iran, yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah.
Menanggapi permintaan ini Administrasi Kepabeanan Republik Islam Iran (IRICA), yang merupakan bagian dari pemerintah, mencabut larangan ekspor bahan bakar ke Afghanistan. Larangan ekspor berlaku sejak 6 Agustus karena Iran khawatir akan keamanan di negara tetangganya itu.
Namun menurut Hosseini, kekhawatiran itu mereda setelah adanya permintaan Taliban. Dia juga mengutip keputusan Taliban memotong tarif impor bahan bakar dari Iran dan negara-negara tetangga lainnya.
Dokumen resmi yang dikeluarkan Imarah Islam Afghanistan itu ditunjukkan oleh Hosseini kepada Reuters. Dokumen tersebut menetapkan diskon 70 persen atas tarif impor bensin, solar dan LPG dari negara-negara tetangga ke Afghanistan.
Iran merupakan eksportir utama BBM jenis bensin dan solar ke Afghanistan. Selama ini Iran mengekspor sekitar 400.000 ton bahan bakar ke negara tetangganya itu sejak Mei 2020 hingga Mei 2021.
Baca: China Minta Warganya di Afghanistan Pakai Baju Muslim, Patuhi Aturan Taliban
REUTERS