TEMPO.CO, Jakarta - WHO pada Senin, 23 Agustus 2021, mengungkap sekitar 500 ton suplai obat-obatan, yang akan dikirim ke Afghanistan pekan ini tertahan karena sejumlah larangan yang diberlakukan di bandara Kabul. Diantara obat-obatan yang akan dikirim itu adalah peralatan untuk operasi dan obat untuk pasien pneumonia.
“Suplai obat-obatan itu sudah siap dan akan dikirimkan ke Afghanistan pekan ini. Namun sekarang, Bandara Kabul tutup untuk penerbangan komersial. Kami belum bisa mengirimkan itu semua,” kata Juru bicara WHO Inas Hamam.
Seorang anggota pasukan keamanan Afganistan berjaga-jaga saat dia duduk di dalam kendaraan militer di pangkalan udara Bagram di provinsi Parwan, Afganistan 5 Juli 2021. Pangkalan Udara Bagram, pusat pasukan AS di Afganistan selama 20 tahun hingga mereka mundur pekan lalu, kembali ramai dengan aktivitas ketika pasukan Afganistan menduduki di tempat yang luas, lengkap dengan landasan pacu, barak, menara kontrol, dan rumah sakit. [REUTERS/Mohammad Ismail]
Hamam mengatakan WHO telah menyerukan agar pesawat-pesawat yang kosong pindah ke Dubai atau Uni Emirat Arab yang menjadi pusat lalu lintas ke Afghanistan. Pesawat – pesawat tersebut lalu bisa mengambil suplai obat-obatan yang tertahan itu saat dalam perjalanan ke Afghanistan untuk melakukan evakuasi.
Uni Emirat Arab sebelumnya sudah setuju menampung 5. ribu warga negara Afghanistan untuk dievakuasi selama 10 hari dalam perjalanan ke negara ketiga. Hal itu untuk memenuhi permintaan Amerika Serikat.
UEA sejauh ini sudah memfasilitasi proses evakuasi 8.500 orang dari Afghanistan dengan pesawat dan melalui bandaranya.
Pengumuman ini muncul setelah para pejabat Amerika Serikat mengumumkan bahwa negara-negara di Eropa dan Timur Tengah setuju menampung orang-orang yang dievakuasi dari Kabul ketika pangkalannya di Qatar untuk sementara waktu sudah kelebihan kapasitas.
Baca juga: Taliban Peringatkan AS Konsekuensi Jika Telat Tarik Pasukan dari Afghanistan
Sumber: Reuters