TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat keamanan Taliban Khalil Haqqani mengatakan semua warga Afghanistan harus merasa aman di bawah pemerintahan Emirat Islam dan mendapat amnesti umum di seluruh 34 provinsi.
Khalil Ur-Rahman Haqqani, tokoh Taliban terkemuka yang saat ini bertanggung jawab atas keamanan Kabul, mengatakan kepada Al Jazeera, Taliban saat ini berupaya memulihkan ketertiban dan keamanan di negara yang sudah dilanda perang selama 40 tahun.
"Jika kita bisa mengalahkan negara adidaya, pasti kita bisa memberikan keamanan kepada rakyat Afghanistan," kata Haqqani, yang juga veteran perang Afghanistan-Soviet, dikutip dari Al Jazeera, 23 Agustus 2021.
Namun banyak warga Afghanistan yang skeptis dengan janji keamanan jaringan Haqqani yang dikenal sebagai kelompok Taliban paling brutal. Banyak laporan penggeledahan dari rumah ke rumah dan kekerasan yang diduga dilakukan oleh Taliban, termasuk di Kabul.
Jaringan Haqqani merupakan kelompok bayangan yang dibentuk oleh Jalaluddin Haqqani, dan menjadi terkenal pada 1980-an sebagai pahlawan jihad anti-Soviet, menurut France24.
Pada saat itu, dia adalah aset CIA yang berharga karena Amerika Serikat dan sekutunya seperti Pakistan menyalurkan senjata dan uang kepada Mujahidin.
Selama konflik itu dan setelah penarikan Soviet, Jalaluddin Haqqani membina hubungan dekat dengan para militan asing, termasuk Osama bin Laden.
Haqqani masih dicap sebagai teroris global oleh Amerika Serikat, dengan imbalan US$5 juta (Rp72 miliar) untuknya yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan AS pada Februari 2011, dan dia tetap berada dalam daftar teroris PBB.
Khalil Haqqani menjadi pusat perhatian minggu ini saat memimpin salat Jumat bagi para milisi Taliban di ibu kota. Haqqani, yang memiliki hubungan kuat dengan Al Qaeda dan kekejamannya di wilayah tersebut, dipersenjatai dengan senapan di luar masjid saat ia tampaknya mengambil peran keamanan garis depan untuk Taliban, Daily Express melaporkan.
Kepada Al Jazeera Haqqani bersikeras bahwa orang tidak perlu takut dengan Taliban.
"Permusuhan kami adalah dengan pendudukan. Ada kekuatan super yang datang dari luar untuk memecah belah kami. Mereka memaksakan perang kepada kami. Kami tidak memiliki permusuhan dengan siapa pun, kami semua orang Afghanistan," katanya.
Referensi Haqqani tentang "perang paksa", kembali ke istilah serupa yang sering digunakan oleh pemerintah mantan Presiden Ashraf Ghani. Pemerintah itu berulang kali menyebut konflik Afghanistan sebagai "perang yang dipaksakan".
Baca juga: Kisah Wartawan Tempo di Afghanistan, Dari Nyaris Ditembak Hingga Mau Dinikahkan
AL JAZEERA | FRANCE24 | DAILY EXPRESS