TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah junta Myanmar telah menangkap dua jurnalis, televisi milik junta militer melaporkan pada Sabtu, penangkapan terbaru di antara puluhan penahanan dalam tindakan keras terhadap media sejak kudeta militer 1 Februari.
Sithu Aung Myint, kolumnis untuk situs berita Frontier Myanmar dan komentator radio Voice of America, dan Htet Htet Khine, produser lepas untuk BBC Media Action, ditangkap pada 15 Agustus, Myawaddy TV melaporkan, dikutip dari Reuters, 22 Agustus 2021.
Sithu Aung Myint didakwa dengan penghasutan dan menyebarkan informasi palsu yang menurut Myawaddy kritis terhadap junta, dan telah mendesak orang-orang untuk bergabung dalam pemogokan dan mendukung kelompok-kelompok oposisi yang dilarang.
Sementara Htet Htet Khine dituduh menyembunyikan Sithu Aung Myint dan mendukung pemerintah bayangan Myanmar, Pemerintah Persatuan Nasional.
BBC Media Action mengatakan mereka prihatin dengan keselamatan Htet Htet Khine dan tuduhan terhadapnya, dan sedang memantau situasinya.
Reporters Without Borders (RSF) mengatakan keduanya ditahan tanpa komunikasi.
"Kami mengutuk keras kondisi penahanan mereka yang sewenang-wenang, yang mencerminkan kebrutalan yang dilakukan junta militer terhadap jurnalis," kata kepala regional RSF Asia-Pasifik Daniel Bastard kepada Reuters.
Myanmar tetap tidak stabil dan masih terjadi perlawanan terhadap rezim junta, di mana lebih dari 1.000 orang telah tewas, menurut sebuah kelompok aktivis yang telah melacak pembunuhan oleh pasukan keamanan.
Militer, yang telah mencabut izin dari banyak media, mengatakan bahwa mereka menghormati peran media tetapi tidak akan membiarkan pelaporan berita yang dianggap salah atau mungkin menimbulkan keresahan publik.
Sebuah laporan oleh Committee to Protect Journalists bulan lalu mengatakan bahwa penguasa Myanmar telah secara efektif mengkriminalisasi jurnalisme independen.
Human Rights Watch akhir bulan lalu mengatakan pemerintah junta Myanmar telah menangkap 98 jurnalis sejak kudeta militer, dan dari mereka yang ditangkap, 46 jurnalis tetap ditahan hingga akhir Juli.
Baca juga: Singapura: ASEAN Belum Efektif Selesaikan Krisis di Myanmar
REUTERS