TEMPO.CO, Jakarta - Taliban bekerja sama dengan pasukan Inggris untuk mengevakuasi orang-orang dari Afganistan, kata Kepala Staf Pertahanan Inggris Jenderal Sir Nick Carter kepada Sky News pada Rabu.
"Kami bekerja sama dengan Taliban di lapangan dan itu tampaknya menjadi hubungan yang sangat mudah. Mereka menjaga jalan-jalan Kabul sangat aman dan memang sangat tenang. Mereka membantu kami di bandara," kata Jenderal Nick Carter, dikutip dari Sky News, 18 Agustus 2021.
Dia mengatakan para militan menjaga jalanan tetap tenang dan menghindari kekacauan publik. "Kami tidak menemukan laporan tentang mereka berperilaku dengan cara abad pertengahan seperti yang mungkin Anda lihat di masa lalu," katanya.
Seorang milisi Taliban yang memegang senapan serbu M16 berdiri di luar Kementerian Dalam Negeri di Kabul, Afganistan, 16 Agustus 2021.[REUTERS/Stringer]
Sir Nick menyebut Taliban, yang telah mengambil alih kekuasaan di Afganistan, bisa lebih moderat daripada saat terakhir memegang kendali pada 1990-an.
"Saya pikir mereka telah berubah," katanya.
Namun menteri luar negeri bayangan Inggris, Lisa Nandy, tidak setuju dengan komentar Sir Nick, dengan mengatakan Inggris berurusan dengan rezim yang sangat menindas.
Beberapa veteran tentara Inggris juga ragu dengan pernyataan Nick, Reuters melaporkan.
"Orang-orang tidak boleh tergoda oleh kata-kata halus ini," kata Charlie Herbert, mantan mayor jenderal angkatan darat Inggris yang bertugas di Afganistan dan juga bekerja sebagai penasihat senior NATO, mengatakan kepada Sky News.
"Taliban membutuhkan pengakuan internasional. Mereka telah mengambil alih kekuasaan dengan paksa dan mereka sekarang sangat membutuhkan pengakuan internasional, dari Cina, dari Rusia dan Barat, mereka membutuhkan itu. Jadi tentu saja mereka akan menggunakan kata-kata yang menarik tentang kesempatan yang sama bagi perempuan," katanya.
Herbert mengatakan tidak ada bukti bahwa Taliban telah berubah menjadi lebih moderat.
Baca juga: Amerika Sebut Taliban Janji Berikan Jalur Evakuasi bagi Warga Afghanistan
SKY NEWS | REUTERS