TEMPO Interaktif, Jakarta: Kakek presiden terpilih Amerika Serikat Barack Obama ternyata pernah dipenjara dan disiksa dengan brutal oleh tentara Inggris karena menjadi pejuang kemerdekaan Kenya.
Harian Times yang terbit di London, edisi Kamis (4/12), melaporkan bahwa ayah Obama, Hussein Onyango Obama, menjadi koki di tentara Inggris yang saat itu menjajah Kenya. Ia ditangkap dan dipenjara pada 1949. Selama dipenjara itu, ia disiksa untuk mengorek informasi tentang para pejuang kemerdekaan Kenya.
"Para sipir Afrika diperintah tentara Kulit Putih untuk mencambuknya setiap pagi dan sore sampai ia mengaku," kata Sarah Onyango, 87 tahun, istri ketiga kakek Obama--Sarah dipanggil "Nenek Sarah" oleh Obama.
Onyango bertutur suaminya bercerita tentara Inggris akan datang ke penjara setiap dua atau tiga hari untuk melakukan "tindakan pendisiplinan" kepada tawanan yang dicurigai.
"Ia mengatakan mereka kadang menjepit testikelnya dengan dua batang besi," kata Onyango. "Mereka juga mencabut memaku kuku dan pantat dengan benda tajam, dan tangan dan kaki diikat menjadi satu dengan kepala ke bawah."
Penyiksaan ini mengakibatkan Onyango memiliki sejumlah luka permanen dan sangat benci Inggris. "Itu adalah saat kami sadar bahwa Inggris sebenarnya bukan teman tapi, sebaliknya, musuh," kata Onyango. "Suami saya sudah bekerja dengan baik kepada mereka, tapi kemudian ditangkap dan dipenjara."
Barack Obama, dalam buku memoir larisnya, "Dreams of My Father", bercerita pendek tentang penangkapan kakeknya. Hanya disebut bahwa kakeknya kemudian dinyatakan tidak bersalah dan dipenjara lebih dari enam bulan.
Onyango ikut berperang bersama tentara Inggris di Burma saat Perang Dunia II. Belakangan ia bersimpati kepada Asosiasi Kikuyu Tengah, organisasi yang kemudian melahirkan gerakan kemerdekaan dan pemberontakan Mau Mau. "Ia tidak suka cara tentara dan kolonialis Inggris memperlakukan orang Afrika, terutama anggota Asosiasi Kikuyu Tengah," kata Onyango.
NURKHOIRI