TEMPO.CO, Jakarta - Kabinet Malaysia yang dipimpin Perdana Menteri Muhyiddin Yassin dikabarkan telah mengajukan pengunduran dirinya kepada raja hari ini. Menurut menteri ilmu pengetahuan Khairy Jamaluddin, pengunduran diri Muhyiddin Yassin mengakhiri kekacauan politik dalam beberapa bulan terakhir akibat hilangnya mayoritas perdana menteri.
Khairy mengumumkan berita itu melalui unggahan di Instagram. Perdana Menteri Muhyiddin sebelumnya terlihat memasuki istana pada Senin, 16 Agustus 2021, setelah ia dikabarkan akan mengajukan pengunduran diri. Namun belum ada konfirmasi resmi dari kantor Muhyiddin Yassin ihwal pengunduran diri tersebut.
"Kabinet telah mengajukan pengunduran diri kepada Agong. Terima kasih atas kesempatan untuk, sekali lagi, melayani bangsa. Semoga Tuhan memberkati Malaysia," tulis Khairy di Instagram.
Menteri Senior Hishammuddin Hussein juga mengunggah berita serupa. Dia mencuit di Twitter, "Merupakan suatu kehormatan dan hak istimewa untuk melayani negara kita tercinta dan rakyatnya."
Pada Senin pagi, Perdana Menteri Muhyiddin Yassin memimpin rapat Kabinet, sebelum melanjutkan audiensi kerajaan dengan Raja Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah.
Pengunduran diri terjadi di tengah tarik menarik kekuatan politik di Malaysia. Awal bulan ini, sejumlah anggota parlemen Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), yang dipimpin oleh presiden partai Ahmad Zahid Hamidi, menarik dukungan untuk Muhyiddin Yassin.
Awalnya Perdana Menteri Malaysia bersikeras masih memimpin mayoritas parlemen. Muhyiddin Yassin berjanji membuktikan legitimasinya melalui mosi percaya yang akan diajukan di parlemen pada 7 September.
Jumat lalu, Muhyiddin muncul dalam pidato yang disiarkan televisi untuk mencari dukungan bipartisan, guna bertahan dari mosi percaya.
Namun usulannya ditolak oleh Pakatan Harapan (PH). Blok oposisi tetap memintanya untuk mundur. UMNO juga mengatakan tidak akan mempertimbangkan tawaran dari seseorang yang tidak lagi memiliki legitimasi.
Muhyiddin Yassin adalah presiden dari Partai Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) yang memimpin pemerintahan Perikatan Nasional. Ia dilantik sebagai perdana menteri negara tersebut pada 1 Maret 2020 setelah perebutan kekuasaan.
Selama 17 bulan masa jabatannya sebagai perdana menteri, Muhyiddin dikritik beberapa pihak karena gagal memimpin pemerintah Malaysia secara efektif dalam menangani pandemi COVID-19.
Malaysia berada di tengah gelombang COVID-19 yang paling mematikan, dengan jumlah infeksi harian melebihi 20.000 kasus. Secara total, negara ini telah melihat lebih dari 1,4 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 12.000 kematian.
Baca: Muhyiddin Yassin Akan Mundur, Politik Malaysia dalam Ketidakpastian
REUTERS | CNA