Abdullah Abdullah (kiri) dan Ashraf Ghani (kanan). Aljazeera
Memiliki latar belakang pendidikan Antropologi, Ashraf Ghani memiliki gelar doktoral dari Columbia University, New York. Pada tahun 2010, 4 tahun sebelum menjadi Presiden Afghanistan, ia disebut sebagai 1 dari 100 pemikir global berpengaruh versi Foreign Policy Magazine.
Jalan ia mendapatkan jabatan presiden tak gampang. Ia harus menyakinkan warga lokal. Selama seperempat abad, ia lebih banyak menghabiskan waktu di luar Afghanistan. Penyebabnya adalah pengaruh Soviet, perang saudara, dan kuasa Taliban di tahun 90an.
Selama periode itu, ia lebih banyak berperan sebagai akademisi dan diplomat. Ia pernah bekerja untuk Bank Dunia serta PBB untuk wilayah Asia Selatan dan Timur.
Kesempatan untuk kembali ke Afghanistan muncul ketika Amerika memulai War on Terror ke teroris pasca-peristiwa 911. Ghani keluar dari pos internasional dan kembali ke Kabul. Ia menjadi penasihat senior Presiden Hamid Karzai. Setahun mengisi posisi itu, ia dipromosikan menjadi Menteri Keuangan di tahun 2002.
Hubungannya dengan Karzai tak bertahan lama. Tahun 2004, keduanya pecah kongsi. Ghani kembali menjadi akademisi di Universitas Kabul. Di sana, ia dikenal sebagai pemikir berpengaruh, mendorong reformasi di Afghanistan via lembaga think-thank yang fokus ke negara-negara dunia ketiga.
Tahun 2009, Ashraf Ghani akhirnya memiliki kans untuk maju sebagai capres. Ia gagal, hanya berhasil menjadi pengumpul suara terbanyak keempat (4 persen). Kesempatan datang di tahun 2014 ketika Karzai tak bisa kembali maju untuk ketiga kalinya.
Baca juga: Warga Afghanistan Kecewa Presiden Ashraf Ghani Kabur dari Taliban
ISTMAN MP | REUTERS