TEMPO.CO, Jakarta - Pada 9 Agustus 1974 lalu, Presiden Richard Nixon resmi mengundurkan diri sebagai Presiden Amerika Serikat. Serangkaian peristiwa kemunduran Nixon diawali dengan Tragedi Watergate merupakan skandal politik Amerika Serikat yang dilakukan olehnya. Tidak bisa dipungkiri, tragedi tersebut menjadi skandal terbesar dalam sejarah pemilihan umum di Amerika Serikat.
Hal ini bermula ketika beberapa pencuri ditangkap di kantor Komite Nasional Demokrat, yang terletak di kompleks gedung Watergate di Washington, DC. Pencurian yang dilakukan di tempat tersebut terhubung dengan kampanye pemilihan kembali Presiden Richard Nixon, dan mereka telah tertangkap menyadap telepon dan mencuri dokumen.
Adapun yang memasuki kompleks gedung Watergate kala itu ialah Virgilio Gonzalez, Bernard Barker, James McCord, Eugenio Martínez, dan Frank Sturgis. Mereka gagal menjalankan misinya karena seorang penjaga keamanan melihat seseorang telah menempelkan beberapa kunci pintu gedung. Penjaga itu memanggil polisi, yang datang tepat pada waktunya untuk menangkap mereka.
Tidak terdapat tanda-tanda yang jelas para penyusup tersebut terhubung langsung dengan Nixon, namun kecurigaan muncul ketika para detektif menemukan salinan nomor telepon Gedung Putih komite pemilihan kembali di antara barang-barang milik para penyusup.
Kasus tersebut juga disiarkan di berbagai surat kabar salahsatunya Washington Post yang memuat berita dengan judul Five Held in Plot to Bug Democratic Offices Here yang terbit pada 18 Juni 1972. Berita tersebut melaporkan bahwa sekelompok pencuri telah ditangkap di dalam kantor Partai Demokrat. Komite Nasional di kompleks kantor Watergate di Washington.
Penyelidikan awal Watergate sangat dipengaruhi oleh media, terutama karya dua reporter dari Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein, bersama dengan informan misterius mereka, Deep Throat.
Investigasi politik dimulai pada Februari 1973 ketika Senat membentuk Komite untuk menyelidiki skandal Watergate. Audiensi publik Komite sangat sensasional, termasuk bukti John Dean, mantan Penasihat Gedung Putih Nixon. Komite juga mengungkap keberadaan rekaman rahasia Gedung Putih, yang memicu pertempuran politik dan hukum besar antara Kongres dan Presiden.
Woodward dan Bernstein juga melaporkan bahwa dewan juri yang menyelidiki perampokan telah meminta kesaksian dari dua orang yang pernah bekerja di Gedung Putih Nixon, mantan petugas CIA, E. Howard Hunt dan mantan agen FBI, G. Gordon Liddy. Kedua pria itu pada akhirnya akan didakwa karena membimbing para pencuri, melalui walkie-talkie, dari kamar hotel di seberang gedung Watergate.
Lebih lanjut, berdasarkan laporan washington.com, Bernstein mengetahui bahwa cek senilai $25.000 untuk kampanye pemilihan kembali Nixon telah disimpan di rekening bank salah satu pencuri. Adapun berita yang dihasilkan adalah "Tersangka Bug Mendapatkan Dana Kampanye" yang melaporkan cek telah diberikan kepada Maurice Stans, mantan Sekretaris Perdagangan yang menjabat sebagai kepala penggalangan dana Nixon.
Selain itu, kedua jurnalis ini juga menuliskan beberapa berita investigasi mengnai skandal politik yang dilakukan Richard Nixon seperti, Jaksa Agung John Mitchell mengendalikan dana rahasia yang digunakan untuk kampanye mengumpulkan informasi tentang Demokrat. Dan juga, Para pembantu Nixon telah menjalankan "kampanye besar mata-mata dan sabotase politik" atas nama upaya pemilihan kembali Richard Nixon.
Karya investigasi skandal Watergate yang membuat Richard Nixon mundur itu ditulis Woodward dan Bernstein menjadi tonggak jurnalisme investigasi di dunia. cerita kedua jurnalis tersebut juag diabadikan melalui film All the President’s Men (1976) karya sutradara Alan J. Pakula.
GERIN RIO PRANATA
Baca: 47 Tahun Skandal Watergate yang Menumbangkan Presiden Richard Nixon