TEMPO.CO, Jakarta - Utusan khusus ASEAN untuk Myanmar Erywan Yusof pada Sabtu, 7 Agustus 2021, meminta akses penuh ke semua partai yang ada di Myanmar saat dia mengunjungi negara yang dulu bernama Burma. Pemerintahan militer sejak 1 Februari 2021, berkuasa di Myanmar setelah menggulingkan pemerintahan sipil.
Erywan belum memberikan detail tanggal berapa dia akan bertolak ke Myanmar. Pemimpin de Facto Myanmar Aung San Suu Kyi dan pejabat tinggi Myanmar lainnya masih dalam penahanan.
Seorang pria memberi salam tiga jari saat melewati ban yang terbakar saat memprotes kudeta militer, di Mandalay, Myanmar 1 April 2021. [REUTERS / Stringer]
Erywan saat ini mengemban tugas untuk memantau distribusi bantuan kemanusiaan ke Myanmar, mengakhiri kekerasan di sana dan membuat pintu dialog antara militer dengan kubu oposisi.
“Mengunjungi Myanmar sudah ada dalam rencana dan apa yang kami harus lakukan adalah memastikan kami semua siap saat ke sana, bukan seperti kunjungan yang saya alami pada Juni lalu,” kata Erywan, yang juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri kedua Brunei Darussalam.
Menurut Erywan pihaknya akan melakukan diskusi yang lebih substantif dalam rencana kunjungannya ke Myanmar nanti. Dia hanya menekankan, pentingnya diberikan akses penuh ke semua pihak di Myanmar.
Kelompok-kelompok sipil Myanmar menolak penunjukkan Erywan dengan alasan ASEAN seharusnya berkonsultasi dengan oposisi junta dan partai lain di Myanmar. Sedangkan PBB dan banyak negara di dunia mendesak ASEAN agar mengupayakan jalan diplomasi untuk memulihkan stabilitas di Myanmar.
Baca juga: Mencoba Membunuh Dubesnya Sendiri, Dua Warga Myanmar Ditangkap di Amerika
Sumber: Reuters