TEMPO.CO, Jakarta - Pengunjuk rasa di Thailand menuntut pemerintah mengganti vaksin Sinovac dengan vaksin lain berbasis mRNA seperti Pfizer dan Moderna dalam vaksinasi Covid-19. Unjuk rasa berlangsung ricuh hingga polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet pada Sabtu, 7 Agustus 2021 ke ratusan massa di Bangkok.
Mereka menuntut reformasi politik dan menyerukan perubahan program vaksinasi virus corona di negara itu. Demonstran menentang pembatasan pertemuan publik yang diberlakukan saat Thailand memerangi virus Covid-19 dan mendesak Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha untuk mundur.
Pemerintah Thailand mendapat kecaman karena peluncuran program vaksinasi covid yang lamban. Pengunjuk rasa juga menuntut pemerintah menggunakan suntikan mRNA seperti Pfizer dan Moderna, daripada Sinovac buatan Cina.
Sekitar 500 pengunjuk rasa kalah jumlah dengan polisi yang mengerahkan banyak petugas untuk menangani aksi tersebut. "Saya khawatir dengan situasinya, tetapi kami harus terus berjuang meskipun ada wabah Covid-19 yang parah," kata Nat, 27 tahun, pengunjuk rasa .
Para pengunjuk rasa berbaris menuju Gedung Pemerintah, kantor Perdana Menteri Prayuth Chan-O-cha. Polisi menutup jalan dekat Monumen Kemenangan di ibu kota Bangkok menggunakan kontainer dan menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk mendorong pengunjuk rasa mundur.
Protes di jalanan terhadap pemerintah telah diadakan selama beberapa pekan terakhir oleh sejumlah kubu termasuk mantan sekutu politik Prayuth. Aksi pecah karena meningkatnya wabah virus corona dan kerusakan ekonomi akibat pandemi.
Thailand melaporkan pada hari Sabtu sebanyak 22.000 infeksi Covid-19 baru dalam satu hari dan 212 kematian yang merupakan angka tertinggi. Total kasus Covid-19 di Thailand mencapai 736.522 kasus dan 6.066 kematian akibat virus corona sejak pandemi dimulai tahun lalu.
FRANCE 24 | REUTERS
Baca: Malaysia Setujui Vaksin Moderna untuk Penggunaan Darurat, Setop Pakai Sinovac