TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Dalam Negeri Tunisia menempatkan politikus Anouar Maarouf dalam status tahanan rumah. Maarouf adalah salah satu tokoh paling berpengaruh di Partai Ennahda, yakni partai yang dikenal menentang langkah Presiden Kais Saied mengambil alihan kekuasaan.
Kabar Maarouf berada dalam tahanan rumah disampaikan oleh rekannya pada Jumat, 6 Agustus 2021. Maarouf dikabarkan sudah menjadi incaran sejak Presiden Saied memberhentikan perdana menteri dan membekukan sementara parlemen Tunisia pada 25 Juli 2021. Partai Ennahda menyebut hal ini sebagai kudeta.
Maarouf pada periode 2016 – 2020 menjabat sebagai Kepala di Kementerian Komunikasi dan Teknologi Tunisia. Lembaga itu dicurigai oleh Presiden Saied telah mendorong sejumlah partai mencoba untuk memanipulasi demi keuntungan pribadi.
“Anouar Maarouf mendapat kabar dari otoritas kalau dia berstatus dalam tahanan rumah,” kata sumber di Partai Ennahda.
Partai Ennahda akan mengajukan banding ke pengadilan administrasi atas penahanan ini. Sebab ini adalah keputusan sewenang-wenang yang berdampak pada hak seseorang melakukan aktivitas, bepergian dan kebebasan berekspresi.
Kementerian Dalam Negeri Tunisia enggan berkomentar mengenai hal ini. Kendati gerakan yang dilakukan Presiden Saied tampaknya mendapat dukungan luas, namun mulai muncul banyak pertanyaan soal transisi demokrasi dalam 10 tahun terakhir pasca-tergulingnya pemerintahan otokratik dalam sebuah revolusi yang memancing terjadinya Arab Spring pada 2011 silam.
Baca juga: Pangeran Hamzah Menolak Dibungkam dalam Tahanan Rumah
Sumber: Reuters