TEMPO.CO, Jakarta - Ilmuwan Public Health England (PHE) di Inggris menemukan gejala awal bahwa orang yang telah mendapat vaksinasi Covid-19 masih berpotensi menularkan virus corona varian Delta seperti halnya mereka yang belum divaksin.
Temuan awal ini senada dengan yang sebelumnya disampaikan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat. Pekan lalu, CDC menyampaikan kekhawatiran bahwa orang yang telah divaksinasi tetapi terinfeksi varian Delta dapat dengan mudah menularkannya kepada orang lain.
"Beberapa temuan awal mengindikasikan bahwa tingkat virus pada mereka yang telah divaksinasi dan terinfeksi varian delta mungkin serupa dengan tingkat virus yang ditemukan pada mereka yang belum divaksinasi," demikian pernyataan PHE, seperti dikutip Reuters, Jumat, 6 Agustus 2021.
Varian Delta yang sangat menular telah menjadi jenis Covid-19 yang dominan secara global. Varian ini memperpanjang pandemi yang telah merenggut nyawa lebih dari 4,4 juta manusia, termasuk lebih dari 130 ribu orang di Inggris.
Di satu sisi, vaksin telah terbukti memberikan perlindungan yang baik terhadap tingkat keparahan dan kematian akibat varian Delta, terutama bagi mereka yang sudah menerima dua dosis. Namun, ada data mereka tetap dapat menularkannya kepada orang lain.
"Ini mungkin berimplikasi pada penularan, terlepas apakah mereka sudah divaksinasi atau belum. Namun, hal ini masih analisis eksplorasi awal dan perlu studi lanjutan untuk mengkonfirmasinya," kata PHE.
Orang-orang, beberapa mengenakan masker, berjalan di atas Jembatan Westminster, di tengah pandemi penyakit virus corona (COVID-19), di London, Inggris, 4 Juli 2021.[REUTERS/Henry Nicholls]
PHE melanjutkan, dari kasus Covid-19 varian Delta yang dirawat di rumah sakit sejak 19 Juli lalu, 55,1 persen pasien di antaranya belum divaksinasi, sedangkan 34,9 persen lainnya telah menerima dua dosis vaksin Covid-19.
Di Inggris, hampir 75 persen populasi telah menerima vaksin sebanyak dua dosis. PHE menyatakan, lantaran semakin banyak populasi yang disuntik, mereka juga akan melihat semakin banyak orang yang sudah divaksinasi masuk rumah sakit.
Secara terpisah, PHE menyatakan varian baru yang dikenal sebagai B.1.621 telah menunjukkan tanda-tanda menghindari respons imun yang dihasilkan vaksin Covid-19 maupun infeksi sebelumnya. Varian B.1.621 tersebut pertama kali terdeteksi di Kolombia.
PHE melabeli varian ini "sedang diselidiki", tetapi belum mendeklarasikannya sebagai variant of concern. Istilah variant of concern merujuk pada jenis virus yang dapat memicu respons kebijakan tertentu.
"Ada bukti laboratorium awal yang menunjukkan bahwa vaksinasi dan infeksi sebelumnya mungkin kurang efektif mencegah infeksi ini (B.1.621)," ujar PHE, seraya mengimbuhkan bahwa sudah ada 37 kasus Covid-19 varian ini yang ditemukan di Inggris.
Meski begitu, PHE menyatakan data yang ada masih sangat terbatas dan memerlukan penelitian lebih lanjut. Mereka menyebut belum ada bukti yang menunjukkan varian ini lebih mudah menular ketimbang varian delta.
Baca juga: Bukan Cuma Dua Kali, Vaksin Covid-19 Sepertinya Bakal Disuntikkan Setiap Tahun
BUDIARTI UTAMI PUTRI | REUTERS