TEMPO.CO, Jakarta - Dua warga negara Myanmar telah ditangkap Kepolisian New York dan FBI karena merencanakan pembunuhan terhadap Duta Besar Myanmar untuk PBB, Kyaw Moe Tun. Dikutip dari kantor berita Reuters, kedua warga tersebut bersekongkol dengan pedagang senjata asal Thailand yang juga langganan Militer Myanmar.
Kedua warga yang ditangkap pada hari Jumat tersebut diketahui bernama Phyo Hein Htut (28) dan Ye Hein Zaw (20). Mereka telah ditetapkan sebagai tersangka untuk kasus pembunuhan berencana serta konspirasi untuk menyerang pejabat negara.
"Ancaman hukuman maksimum untuk keduanya adalah lima tahun penjara," ujar Kantor Pengacara Distrik New York dalam keterangan persnya, Sabtu, 7 Agustus 2021.
Mengacu pada berkas perkara, Phyo Hein Htut mengatakan dirinya merencanakan pembunuhan terhadap Kyaw Moe Tun usai dikontak oleh pedagang senjata di Thailand. Pedagang senjata tersebut, kata ia, menawarkan sejumlah uang kepadanya untuk menyerang Kyaw Moe Tun dan mengancamnya untuk mundur dari PBB.
Jika target bergeming, Phyo Hein Htut mengatakan sang pedagang meminta dirinya untuk membunuh Kyaw Moe Tun. Untuk opsi tersebut, kata Phyo Hein Htut, pedagang senjata dan dirinya sudah sepakat untuk menyabotase mobil sang dubes agar celaka di tengah perjalanan.
Ilustrasi mobil kecelakaan tunggal. thebalance.com
Ye Hein Zew, rekan dari Phyo Hein Htut, menyebut mereka berdua menerima uang sebesar US$4000 untuk menjalankan misinya. Jika berhasil, maka dirinya dan Phyo Hein Htut akan diberikan bonus sebesar US$1000.
"Kedua tersangka melintas perbatasan dan samudra untuk merencanakan pembunuhan terhadap pemimpin internasional di tanah Amerika," ujar Komisioner Kepolisian New York, Dermot Shea.
Kyaw Moe Tun, selaku target, belum memberikan keterangan apapun per berita ini ditulis. Walau begitu, pada Rabu kemarin, Kyaw Moe Tun menyatakan ada pihak yang mengancamnya dan ia meminta otoritas Amerika untuk meningkatkan pengamanan di sekitar tempat tinggalnya.
Diberitakan sebelumnya, Kyaw Moe Tun adalah Dubes Myanmar untuk PBB yang dibenci oleh junta militer. Sebab, dia memilih untuk berseberangan dengan Junta Myanmar walaupun sudah dilarang. Bahkan, dalam forum PBB, ia secara vokal dan terang-terangan mengecam kepemimpinan Junta Myanmar dan menganggapnya sebagai pemerintahan yang tidak sah karena didapat via kudeta 1 Februari lalu.
Aksi Kyaw Moe Tun di forum PBB mendorong Junta Myanmar untuk memecatnya sebagai dubes pada Februari lalu. Namun, karena PBB tidak mengakui pemerintahan Junta Myanmar, Kyaw Moe Tun masih memegang posisi dubes dan utusan khusus di PBB hingga hari ini.
Baca juga: Krisis Politik di Myanmar Jadi Sorotan di Pertemuan AMM
ISTMAN MP | REUTERS