TEMPO.CO, Jakarta - Taliban berpotensi mendapat sanksi dari Dewan Keamanan PBB (DK PBB) atas ekspansinya di Afghanistan. Dikutip dari kantor berita Reuters, anggota DK PBB meminta opsi sanksi dipertimbangkan untuk mendesak Taliban menghentikan aksinya dan serius melanjutkan negosiasi damai yang berhenti di Doha, Qatar.
Salah satu negara anggota DK PBB yang mendorong sanksi untuk Taliban adalah Inggris. Duta Besar Inggris untuk PBB, Barbara Woodward, mengatakan dewan keamanan perlu memperingatkan Taliban bahwa akan ada konsekuensi jika mereka melanjutkan aksinya.
Hal senada disampaikan oleh diplomat senior Amerika Jeffrey DeLaurentis. Ia meminta Taliban untuk menghentikan serangannya dan fokus ke upaya damai untuk melindungi infrastruktur serta warga.
"Taliban harus mendengar dari komunitas internasional bahwa kami tidak akan menerima pengambilalihan paksa Afghanistan atau kembalinya Emirat Islam Taliban," ujar DeLaurentis, dikutip dari Reuters, Jumat, 6 Agustus 2021.
Sementara itu, Cina mengkritik Amerika dan Nato yang menarik pasukan mereka secara terburu-buru. Menurut Deputi Duta Besar Cina Dai Bing, penarikan pasukan asing kurang transparan dan membuat pemerintahan lokal kesulitan mengantisipasi maupun merespon serangan-serangan Taliban.
Anggota Pasukan Khusus Afghanistan setelah pertempuran hebat dengan Taliban selama misi penyelamatan seorang polisi yang terkepung di provinsi Kandahar, Afghanistan, 13 Juli 2021. REUTERS/Danish Siddiqui
Dai Bing bahkan menyebut apa yang dilakukan para pasukan asing sebagai aksi cuci tangan atas segala masalah yang mereka tinggalkan.
"Belum lama ini Amerika menyampaikan intensi untuk membantu Afghanistan menjaga stabilitas. Kami harap Amerika benar-benar berkomitmen dan berusaha keras," ujarnya ke DK PBB.
Duta Besar Afghanistan untuk PBB, Ghulam Isaczai, mendukung pernyataan diplomat-diplomat negara tetangga soal perlunya langkah respon. Walau begitu, ia menampik kekhawatiran berbagai pihak soal kemungkinan Afghanistan jatuh ke perang saudara berskala besar.
"Kami memiliki rencana enam bulan untuk menstabilkan situasi. Kami juga mendapat dukungan dari komunitas dan desa yang belum lama ini diserang Taliban. Kami didukung warga," ujar Isaczai soal situasi di Afghanistan.
Per berita ini ditulis, pertempuran antara Taliban dan Afghanistan sudah berlangsung empat bulan lebih. Pertempuran dimulai pada April lalu ketika Amerika memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan setelah dua dekade beroperasi di sana. Target Amerika, penarikan pasukan rampung Agustus ini.
Penarikan pasukan tersebut membuat Afghanistan pincang. Walaupun Amerika memberikan pangkalan-pangkalan militernya berikut sejumlah persenjataan, Afghanistan kesulitan melawan balik Taliban. Sekarang, Taliban sudah menguasai lebih dari 50 persen distrik di Afghanistan. Wilayah terakhir yang mereka ambil alih adalah Provinsi Nimruz yang berbatasan langsung dengan Iran dan Pakistan.
Baca juga: Amerika Serikat Waswas Bisa Terjadi Perang Saudara di Afganistan
ISTMAN MP | REUTERS