Presiden Rusia, Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Belarus, Alexander Lukashenko. Reuters
3. Dekat dengan Rusia
Selama memimpin Belarus, Alexander Lukashenko dikenal dekat dengan Rusia. Hal itu membantunya untuk mendapatkan berbagai bantuan militer demi mempertahankan kekuasaannya. Sebagai contoh, ketika pemerintahannya diprotes rakyat akibat dugaan kecurangan di Pemilu 2020, Rusia meminjamkannya pasukan militer demi menertibkan para pengunjuk rasa.
4. Menangkap dan Mengusir Para Oposisinya
Kekuasaan Alexander Lukashenko tidak terbendung sejauh ini. Siapa pun yang menentangnya akan ditangkap, dipersekusi, atau bahkan diusir dari Belarus. Sebagai contoh, pada Pilpres Belarus 2020, ia memperkarakan calon-calon kompetitornya demi mempertahankan kekuasannya selama tiga dekade.
Ia mengizinkan satu calon, Svetlana Tikhanovskaya, untuk maju yang ternyata mampu menjadi penantang serius. Ketika Pilpres Belarus usai, Lukashenko mengkalim menang 80 persen yang tidak dipercaya oleh warganya sendiri. Negara-negara Barat pun menuding Lukashenko main curang. Tak ingin kalah, ia memburu Tikhanovskaya yang belakangan kabur.
Mei lalu, Lukashenko kembali menjadi sorotan karena membajak pesawat Ryanair yang membawa jurnalis oposisi, Roman Protasevich. Pesawat Ryanair tujuan Lithuania itu ia cegat dengan mengirimkan jet tempur MIG-29 dan kemudian dipaksa turun dengan alasan ada bom di dalamnya. Protasevich langsung ditangkap begitu pesawat mendarat.