TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Haiti pada Jumat, 30 Juli 2021, memberikan tuduhan baru pada mantan hakim di Mahkamah Agung Wendelle Coq-Thelot, yang diduga ada sangkut-paut dengan pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise pada awal bulan ini. Dalam tuduhan itu disebutkan Coq-Thelot bertemu dengan beberapa tentara bayaran Kolombia yang membunuh Moise.
Pada awal pekan ini, Kepolisian Haiti menerbitkan surat penahanan pada Coq-Thelot, yang didongkel dari jabatannya sebagai hakim di Mahkamah Agung bersama dua hakim lainnya pada Februari 2021, ketika Moise menduga sebuah kudeta terhadapnya sedang direncanakan.
Jovonel Moise, Presiden Haiti. Sumber: Reuter
Pembunuhan terhadap Moise telah membuat Haiti terperosok dalam kekacauan. Haiti adalah salah satu negara miskin di dunia. Perburuan mencari dalang pemunuhan terhadap Moise dan tentara bayaran yang mengeksekusi matinya, telah dilakukan dipenjuru benua Amerika.
Posisi Coq-Thelot saat ini tidak diketahui keberadaannya. Dia juga tidak bisa diminta keterangan.
Menurut Juru bicara Kepolisian Haiti Michelle Verrier, pihaknya telah menahan tentara bayaran warga negara Kolombia dan warga keturunan Haiti-Amerika. Mereka mengatakan telah bertemu dengan Coq-Thelot.
“Beberapa dari mereka telah mengindikasikan kalau mereka telah bertemu Coq-Thelot di rumahnya dua kali. Mereka memberikan ke polisi detail dokumen yang ditanda-tangani saat pertemuan di rumah Coq-Thelot,” kata Verrier.
Aparat kepolisian sudah menggeledah rumah Coq-Thelot serta tempat tinggalnya yang lain di wilayah pinggir. Poster perburuan Coq-Thelot sebagai buronan sudah dibuat.
Sampai sekarang masih menjadi pertanyaan banyak pihak siapa otak dibalik pembunuhan Moise pada bulan ini dan bagaimana para pembunuh bayaran itu bisa mendapatkan akses ke rumah kepresidenan Haiti. Otoritas Haiti menyalahkan sekelompok tentara bayaran dari Kolombia, di mana tiga dari mereka tewas terbunuh oleh Kepolisian Haiti.
Baca juga: Cerita Artidjo Alkostar yang Ingin Mundur Jadi Hakim Agung MA
Sumber: Reuters