TEMPO.CO, Jakarta - Guatemala pada Jumat, 30 Juli 2021, diguncang unjuk rasa anti-pemerintah yang menyerukan agar Presiden Alejandro Giammattei, mengundurkan diri. Ini adalah aksi protes hari kedua berturut-turut dengan tuntutan yang sama, setelah kepala anti-korupsi Guatemala di dongkel.
Demonstran menutup akses jalan ke jembatan Chixoy di wilayah barat Guatemala dan jalan raya Los Ingenieros yang menghubungkan ke Meksiko. Aksi protes juga terjadi di wilayah pinggir Ibu Kota Guatemala.
Pendemo berorasi saat aksi unjuk rasa menuntut Presiden Guatemala Alejandro Giammattei untuk mundur, di Guatemala, 21 November 2020. REUTERS
Unjuk rasa pada Jumat, 30 Juli 2021, tampak lebih sedikit dari aksi protes sehari sebelumnya, yang diikuti oleh ribuan orang. Unjuk rasa dilakukan di jantung Ibu Kota Guatemala City.
Unjuk rasa nasional ini dikoordinir lewat media sosial oleh orang-orang pribumi, kelompok sosial dan mahasiswa, yang mengecam pemecatan pejuang anti-korupsi Juan Francisco Sandoval oleh Jaksa Agung Maria Porras pada akhir pekan lalu. Di Guatemala, Sandoval menjabat sebagai kepala jaksa unit khusus anti-impunitas.
Pemecatan pada Sandoval juga mendapat kecaman dari Amerika Serikat, secara terbuka mendukung Sandoval. Amerika Serikat akan menghentikan sementara sejumlah kerja sama dengan Jaksa Agung Guatemala menyusul upaya Washington menekan Guatemala agar mengakhiri impunitas dan mengatasi kejahatan korupsi di negara itu.
“Pemerintah Amerika Serikat mendesak Guatemala agar mengembalikan Sandoval sebagai Kepala Jaksa untuk melawan korupsi,” kata pejabat senior U.S. Agency for International Development (USAID), Mark Feierstein.
Baca juga: Amerika Serikat Kecewa Guatemala Mencopot Kepala Jaksa Antikorupsi
Sumber: Reuters