TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memutuskan untuk menerapkan lockdown di Manila sebagai upaya untuk mencegah penyebaran varian Delta COVID-19. Selain itu, juga untuk memastikan sistem kesehatan nasional tidak kolaps karena pertumbuhan kasus COVID-19 yang cepat.
Dikutip dari Channel News Asia, lockdown akan diterapkan di Manila di bulan Agustus. Lockdown tersebut berlaku selama dua pekan, dari 6 Agustus hingga 20 Agustus.
"Keputusan yang berat, namun itu yantg terbaik untuk kita semua," ujar juru bicara Pemerintah Filipina, Harry Roque, Jumat, 30 Juli 2021.
Lockdown yang diperkirakan akan membuat Filipina merugi US$4 miliar itu bakal melarang warga untuk keluar dari rumah kecuali untuk kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya urgent. Dengan kata lain, warga masih diperbolehkan belanja kebutuhan pokok ataupun berkunjung ke dokter.
Sebelumnya, Filipina juga melarang pendatang dari 10 negara untuk masuk ke wilayahnya. Beberapa di antaranya adalah India, Indonesia, Thailand, dan Uni Emirat Arab. Tujuan sama, untuk mencegah penyebaran varian Delta kian parah. Adapun larangan itu akan berlaku hingga 15 Agustus.
Di Asia, Filipina adalah negara paling terdampak COVID-19 kedua. Filipina telah mencatatkan 1,57 juta kasus dan 27 ribu kematian akibat COVID-19. Sebanyak 216 kasus di antaranya adalah hasil dari penyebaran varian Delta walaupun diyakini berbagai pihak angka ril-nya lebih banyak.
Beberapa pekan terakhir, kasus COVID-19 di Filipina terus naik. Walau tidak seburuk puncaknya di bulan April lalu, jumlah kasus per hari belum mampu turun di bawah angka 5000 kasus. Di sisi lain, vaksinasi COVID-19 masih lamban di mana baru 7 persen warga Filipina (110 juta) yang sudah tervaksin penuh.
Baca juga: Duterte: Jika Tak Mau Divaksinasi Jangan ke Mana-mana, Tinggal Saja di Rumah
CHANNEL NEWS ASIA | ISTMAN MP