TEMPO.CO, Jakarta - Moayyad al-Alami, ayah dari bocah Palestina bernama Mohammed al-Alami, tidak menyangka putra sulungnya yang berusia 12 tahun akan tewas oleh peluru tentara Israel.
Moayyad al-Alami dan ketiga anaknya sedang dalam perjalanan pulang dari toko kelontong ketika mereka melihat sekelompok tentara Israel di pintu masuk ke kota mereka, Beit Ummar, di selatan Tepi Barat yang dijajah Israel, pada Rabu, 12 Juli 2021.
Karena pintu masuk ke jalan tempat keluarga itu tinggal hanya 50 meter dari pangkalan militer permanen Israel, mereka terbiasa melihat tentara di daerah itu.
Saat Moayyad mendekati pintu masuk ke blok keluarganya, putra sulungnya Mohammed, 12 tahun, memohon kepada ayahnya untuk pergi ke toko pojok untuk membeli beberapa permen sebelum mereka pulang untuk makan siang. Moayyad dengan senang hati menurut, dan mulai memutar mobil.
Beberapa saat setelah dia memundurkan mobil, tiba-tiba dia mendengar teriakan dan tembakan berturut-turut.
"Saya melihat itu terjadi tepat di depan saya," Ashraf al-Alami, saudara laki-laki Moayyad dan paman Mohammed, yang berdiri di pintu masuk dekat rumah keluarga pada saat itu, mengatakan kepada Middle East Eye, dikutip 30 Juli 2021.
"Para prajurit tidak menembak ke udara atau memberikan tembakan peringatan, mereka benar-benar memberondong mobil dengan peluru," katanya.
Saat Moayyad memeriksa ketiga anaknya di belakang van, dia segera menyadari bahwa Mohammed tidak berbicara. Saat itulah putrinya yang berusia delapan tahun, Anan, menunjuk darah yang mengalir dari tubuh kakaknya.
Ashraf dan orang-orang di sekitarnya membuka pintu belakang van. "Saya melihat Mohammed terbaring di sana berlumuran darah, di pelukan saudara perempuannya Anan, dan adik laki-lakinya Ahmed, yang berusia lima tahun, meringkuk di lantai mobil sambil menangis," katanya. "Saya tidak bisa menggambarkannya, itu adalah hal paling mengerikan yang pernah saya lihat."
Pada saat keluarga Mohammed membawanya ke rumah sakit di kota Hebron, sekitar 13 km selatan kota, denyut nadi bocah itu sudah tidak ada.
"Para dokter dan perawat di ruang gawat darurat melakukan CPR padanya selama enam menit sebelum mereka bisa mendapatkan denyut nadinya," kata Ashraf, menambahkan bahwa dokter kemudian membawanya ke operasi selama hampir empat jam.
Pada saat para dokter berhasil menghentikan pendarahan, kondisi Mohammed kritis. Hanya beberapa saat setelah dia dipindahkan dari ruang operasi ke ICU, dia meninggal karena luka-lukanya.
Menurut keluarga, Mohammed terluka dengan lima luka tembak di perut dan dadanya.
Nasri Sabarneh, wali kota Beit Ummar, mengatakan pada hari Rabu bahwa sang ayah sedang mengemudi dengan putra dan putrinya ketika Mohammed memintanya untuk berhenti di sebuah toko untuk membeli sesuatu.
Sabarneh mengatakan dia mengenal keluarga itu, yang tinggal di kota, dan telah berbicara dengan ayahnya. Ayah dan putrinya tidak terluka, katanya, Al Jazeera melaporkan.
Pada hari Kamis, prosesi pemakaman Mohammed, yang dibungkus dengan bendera Fatah, partai Presiden Palestina Mahmoud Abbas, diiringi ratusan orang melalui jalan-jalan di Beit Ummar, tempat ia dimakamkan.
Pasukan Israel menembak dan membunuh seorang pria Palestina berusia 20 tahun, kata pejabat kesehatan Palestina. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan pria itu, yang diidentifikasi sebagai Shaukat Awad, ditembak di kepala dan perut selama bentrokan pemakaman Mohammed di Beit Ummar.
Kemudian, ratusan warga Palestina melemparkan batu ke tentara Israel yang membalas dengan menembakkan gas air mata.
Saksi mata Reuters mengatakan ratusan warga Palestina melemparkan batu ke pasukan Israel selama pemakaman. Militer Israel mengatakan pasukannya merespons dengan menembak peluru kaliber 22 dan peluru tajam ke udara.
Namun, relawan medis Palang Merah Palestina mengatakan pasukan Israel tiba-tiba menembaki orang-orang yang baru tiba di kuburan.
Para pelayat menghadiri pemakaman bocah lelaki Palestina berusia 12 tahun Mohammad Al Alami, yang dibunuh oleh pasukan Israel menurut Kementerian Kesehatan Palestina, dekat Hebron, di Tepi Barat yang diduduki Israel pada 29 Juli 2021. [REUTERS/Mussa Qawasma]
Setelah salat ashar sekitar pukul 1 siang, ribuan orang dari Beit Ummar berangkat dari masjid kota dalam prosesi pemakaman menuju pemakaman. Ketika orang banyak mendekati kuburan, mereka tiba-tiba diserang oleh tentara Israel yang ditempatkan di daerah itu.
"Orang-orang baru saja tiba di pemakaman dan entah dari mana tentara mulai menembaki kami dari segala arah," kata Waleed Wahdein, seorang penduduk Beit Ummar dan relawan medis dengan Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, mengatakan kepada Middle East Eye.
Sebelumnya, militer Israel mengatakan pihaknya meluncurkan penyelidikan atas penembakan mematikan pada anak laki-laki itu pada Rabu.
Sebuah pernyataan militer mengatakan bahwa komandan senior dan polisi militer, yang menyelidiki dugaan pelanggaran oleh pasukan, juga menyelidiki insiden tersebut. Dikatakan tentara menembaki sebuah mobil yang menolak berhenti di sebuah pos pemeriksaan setelah mereka melepaskan tembakan peringatan.
"Setelah kendaraan tidak berhenti, salah satu tentara menembak ke arah roda kendaraan untuk menghentikannya," kata militer Israel.
"Kami sedang menyelidiki klaim bahwa seorang bocah Palestina di bawah umur tewas akibat tembakan itu," kata militer Israel, seraya menambahkan bahwa insiden itu sedang ditinjau oleh perwira komandan senior.
Baca juga: Pasukan Israel Bunuh Pelayat yang Hadiri Pemakaman Bocah Palestina
MIDDLE EAST EYE | AL JAZEERA | REUTERS