TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken telah menemui Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk menindaklanjuti rencana investigasi asal-usul COVID-19 tahap dua. Dikutip dari kantor berita Reuters, Blinken mendukung investigasi yang bekal berlangsung di Wuhan, Cina itu.
"Dia menekankan bahwa investigasi fase berikutnya harus tepat waktu, sesuai bukti, transparan, dipimpin pakar, dan bebas dari intervensi," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Ned Price, Kamis, 29 Juli 20201.
Perihal bagaimana kelanjutannya, Ned Price tidak menyampaikan. Ia hanya menyatakan bahwa rencana tersebut dibahas oleh Blinken dan Ghebreyesus dalam pertemuan mereka.
Awal bulan ini, WHO meminta negara-negara anggotanya untuk bekerjasama menyelidiki asal usul COVID-19. Target utama WHO tetap investigasi ke Cina. Hal itu mengacu pada masukan berbagai pakar, yang terlibat dalam investigasi sebelumnya.
Para pakar merasa investigasi di Cina pada awal tahun ini masih kurang maksimal. Alasan mereka, Cina terlalu membatasi akses ke Wuhan dan tidak memberikan data-data mentah. Alhasil, kata para pakar, kunjungan ke Cina lebih seperti audit dibanding investigasi.
Anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang bertugas menyelidiki asal muasal virus corona atau COVID-19 mengunjungi pameran tentang Cina memerangi Covid-19 di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 30 Januari 2021. Tim WHO sendiri hendak memusatkan penyelidikan mereka pada lembaga virologi di Wuhan, di mana salah satu laboratorium penelitian virus top Cina. REUTERS/Thomas Peter
Pemerintah Cina, sejauh ini, menolak rencana WHO menggelar investigasi asal-usul COVID-19 tahap kedua. Menurut Pemerintah Cina, rencana tersebut tidak masuk akal, bahkan menyangkal ilmu pengetahuan, karena menekankan pada hipotesis virus COVID-19 berasal dari kebocoran laboratorium virologi Wuhan yang tak ada buktinya.
Meski menolak investigasi tahap kedua saat ini, Cina tidak sepenuhnya menutup kemungkinan hal itu digelar di kemudian hari. Salah satu pakar epidemi Cina yang mendampingi investigasi pertama WHO, Liang Wannian, mengatakan bahwa hipotesis kebocoran lab bisa ditinjau dan diselidiki kembali jika memang ada buktinya.
"Kami menyakini kebocoran di lab sangat-sangat mustahil dan tak perlu menghabiskan energi dan usaha untuk menyelidiki hal itu," ujar Lang Wannian, dikutip dari kantor berita Reuters, Kamis, 22 Juli 2021.
Liang Wannian melanjutkan, jika memang ada bukti virus COVID-19 berasal dari kebocoran lab, ia ingin investigasi tak dibatasi di Cina. Ia ingin WHO meninjau kemungkinan bahwa kebocoran lab terjadi di negara lain. Sebagai catatan, Cina sempat menebar teori bahwa Amerika lah yang membawa COVID-19 ke mereka.
Baca juga: Cina Tidak Kesampingkan Hipotesis Virus COVID-19 Berasal dari Kebocoran Lab
REUTERS | ISTMAN MP