TEMPO.CO, Jakarta - Singapura serius dengan rencana berdamai dengan COVID-19 alias menganggapnya sebagai hal yang endemik. Sebagai buktinya, mereka sudah menyiapkan peta jalan menuju normalitas baru di mana semua pembatasan sosial akan dicabut terlepas COVID-19 masih ada atau tidak.
"Seiring dengan meningkatnya angka vaksinasi, kita akan berada di posisi yang lebih kuat untuk melonggarkan pembatasan sosial COVID-19 secara aman dan yakin," ujar salah satu ketua Satgas Lintas Kementerian COVID-19, Gan Kim Yong, Senin kemarin, 26 Juli 2021.
Gan Kim Yong melanjutkan, salah satu elemen kunci menuju normal baru adalah vaksinasi COVID-19. Oleh karenanya, pemerintah Singapura akan menggenjot vaksinasi COVID-19 agar bisa mengcover lebih banyak warga.
Vaksinasi tersebut selanjutnya akan diikuti dengan penyesuaian protokol kesehatan COVID-19. Lebih jelasnya, Kata Gan Kim Yong, bakal ada lebih sedikit protokol perihal acara kumpul-kumpul, makan bersama, ataupun penyelenggaraan event.
Warga yang pernah berkunjung ke mal yang menjadi klaster penyakit virus corona (COVID-19), mengantre untuk tes swab di Singapura 20 Mei 2021. [REUTERS/Edgar Su/File Photo]
Khusus mereka yang sudah divaksin akan bisa terlibat dalam ragam kegiatan sosial yang lebih luas dengan jumlah peserta yang lebih besar. Sementara itu, bagi mereka yang belum divaksin, hanya bisa mengikuti kegiatan-kegiatan sosial usai memenuhi prasyarat dan dalam kapasitas yang lebih kecil.
Saat ini, kebijakan bagi mereka yang sudah dan belum divaksin relatif sama. Sebagai contoh, makan bersama di rumah makan hanya boleh maksimal dua orang. Hal itu sebagai respon atas varian Delta COVID-19.
"Jika insiden penyakit kronis akibat COVID-19 tetap kecil di saat kluster muncul bergantian, itu pertanda kita sudah berada pada status endemi."
"Secara praktis, semua pembatasan sosial bisa dingkat. Namu, beberapa yang perannya penting bisa dipertahankan misalnya soal masker dan protokol kesehatan di event berskala besar," ujar Gan Kim Yong menegaskan.
Gan Kim Yong tidak mengecualikan bisnis dalam roadmapnya itu. Ia berkata, semua jenis bisnis akan diperbolehkan buka, namun harus mempromosikan prokes dan vaksinasi COVID-19. Contoh, mereka yang sudah divaksinasi bisa ditempatkan di lingkungan kerja yang lebih padat dengan resiko penularan besar. Sementara itu, mereka yang belum divaksin ditempatkan di lokasi yang lebih sepi dengan resiko penularan kecil.
Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong menerima suntikan vaksin COVID-19 di Rumah Sakit Umum Singapura 8 Januari 2021. Mohd Fyrol/Ministry of Communications and Information/Handout via REUTERS.
Tes Antigen, kata Gan Kim Yong, secara mandiri juga perlu dibiasakan di lingkungan kerja, terutama di sektor bisnis yang padat dan rutin berganti pekerja.
Sementara itu, perihal perjalanan internasional, Gan Kim Young mengatakan Singapura akan lebih memprioritaskan negara yang angka vaksinasi COVID-19 tinggi. Mereka yang sudah divaksin penuh, seperti di sektor lain, akan diperbolehkan melakukan perjalanan secara lebih bebas.
"Langkah-langkah tersebut adalah langkah kritikal untuk kembali menegaskan status Singapura sebagai pusat bisnis, perjalanan, dan talenta," ujar Gan Kim Yong menegaskan.
Per berita ini ditulis, Singapura tercatat memiliki 64 ribu kasus dan 37 kematian akibat COVID-19. Beberapa hari terakhir, angka kasus per hari meningkat dari yang awalnya di bawah 40 kasus menanjak menjadi di atas 100. Hal itu yang membuat Singapura semakin perhatian terhadap protokol kesehatan COVID-19 miliknya.
Baca juga: 75 Persen Kasus COVID-19 Baru Singapura Berasal dari Warga yang Sudah Divaksin
CHANNEL NEWS ASIA | ISTMAN MP