TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan dokter kontrak di Malaysia melakukan mogok kerja selama satu hari pada Senin, 26 Juli 2021. Mereka menuntut penempatan permamen, perbaikan gaji dan tunjangan yang lebih baik. Meski mogok kerja, para dokter berjanji tidak akan mempengaruhi pelayanan kepada pasien.
Pemerintah Malaysia telah menjanjikan perpanjangan kontrak hingga empat tahun. Namun para dokter melihat janji tersebut hanya cara untuk menghentikan pemogokan. Mereka menginginkan penempatan permanen, bukan perpanjangan kontrak.
Dengan sistem yang ada saat ini, dokter kontrak terancam menganggur setelah pelatihan selama lima tahun berakhir. Sebabnya pemerintah tidak memiliki anggaran untuk mengangkat mereka menjadi pegawai tetap.
Meski menggelar protes, para dokter tersebut menjamin pelayanan tidak terganggu. Mereka tetap bekerja secara bergiliran selama pemogokan berlangsung. Jika diperlukan, mereka harus kembali ke pos dan memberikan layanan pada pasien kritis.
Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Dr Noor Hisham Abdullah, mengatakan pasien tetap berisiko tanpa hadirnya para dokter. Noor Hisham juga mengingatkan para dokter kontrak terikat pada sumpah mereka.
Kementerian Kesehatan mengeluarkan pedoman yang memperingatkan pegawai negeri sipil, termasuk dokter kontrak pemerintah, agar tidak bergabung dengan pertemuan ilegal. Di sisi lain, para dokter kontrak berpendapat mereka telah memberikan segalanya selama pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun lalu. Mereka khawatir akan menganggur jika kontrak selesai.
Jumlah total kasus Covid-19 di Malaysia mencapai 1.013.438 pada hari Minggu, atau 17.045 kasus baru. Junlah infeksi per kapita Malaysia adalah yang tertinggi di Asia Tenggara.
Baca: Malaysia Tak Perpanjang Keadaan Darurat, Berakhir 1 Agustus
DEWI R | REUTERS | MALAYSIAKINI