TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid, yang belum lama ini dinyatakan positif COVID-19, meminta maaf karena postingannya di Twitter. Pada postingan tersebut, Javid meminta warga untuk tidak "tunduk" terhadap COVID-19. Menurutnya, postingan tersebut tidak pantas di tengah situasi pandemi dan ia memutuskan untuk menghapusnya.
"Saya sebenarnya ingin mengucapkan rasa syukur terhadap vaksin yang membantu kita menuju normalitas, namun 'tunduk' adalah pilihan kata yang buruk. Saya meminta maaf untuk itu," ujar sehari setelah postingan aslinya, dikutip dari CNN, Ahad, 25 Juli 2021.
Javid menjelaskan, "tunduk" bukan pilihan kata yang pas karena terkesan meremehkan COVID-19. Realitanya, kata Javid, COVID-19 masih mengancam dan dirinya sudah kehilangan banyak orang akibat virus tersebut.
Pemilihan kata "tunduk" oleh Javid memicu berbagai protes. Salah satunya datang dari organisasi Keadilan untuk Korban COVID-19 Inggris. Mereka menyebut komentar Javid tidak sensitif.
Orang-orang berjalan di stasiun Waterloo, di tengah pandemi penyakit coronavirus (COVID-19), London, Inggris, 19 Juli 2021. [REUTERS/Peter Nicholls]
"Tidak hanya menyakitkan untuk keluarga korban, namun memberikan kesan bahwa mereka yang meninggal adalah pengecut saat menghadapi virus. Itu hinaan kepada mereka yang berjuang untuk hidup," ujar pernyataan pers organisasi itu.
Kritik senada datang dari Deputi Kepala Partai Buruh Angela Rayner. Ia meminta Javid meminta maaf atas tweet-nya. Ia berkata, semua orang di Inggris, mulai dari warga hingga petugas medis, tidak ada yang "tunduk" terhadap COVID-19.
"Para petugas medis bahkan mengorbankan nyawa mereka untuk melindungi kita semua," ujar Rayner soal tweet Sajid Javid.
Insiden Javid menambah tekanan terhadap administrasi PM Boris Johnson perihal pengendalian pandemi. Meski mereka mengambil kebijakan populis dengan mencabut lockdown pada 19 Juli lalu, hal itu tidak membebaskan mereka dari kritik. Administrasi Johnson masih dianggap kurang cekatan dalam merespon dinamika pandemi COVID-19.
Di luar kritik yang ada, Inggris tercatat mampu menggenjot vaksinasi COVID-19 di wilayahnya. Per 24 Juli, sebanyak 83 juta dosis telah diedarkan di Inggris. Sebanyak 54 persen warga juga sudah tervaksin penuh. Walau begitu, keberadaan varian Delta COVID-19 mengancam pencapaian sejauh ini.
Baca juga: Atasi Masalah Pingdemic, Inggris Luncurkan Tes Covid-19 Harian di Sektor Makanan
CNN | ISTMAN MP