TEMPO.CO, Jakarta - Badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-bangsa, UNICEF, pada Jumat memperingatkan empat juta lebih orang di Lebanon, termasuk satu juta pengungsi, terancam kehilangan akses air bersih karena krisis keuangan, bahan bakar, dan pasokan yang mempengarunghi pemompaan air.
"UNICEF memperkirakan bahwa sebagian besar pemompaan air secara bertahap akan berhenti di seluruh negeri dalam empat hingga enam minggu ke depan," kata badan PBB, dikutip dari Reuters, 24 Juli 2021.
Lebanon sedang berjuang melawan krisis ekonomi yang telah mendorong lebih dari setengah penduduknya ke dalam kemiskinan dan mata uang Lebanon kehilangan lebih dari 90% nilainya dalam waktu kurang dari dua tahun.
Bank Dunia menggambarkan krisis Lebanon sebagai salah satu dari tiga bencana ekonomi terburuk sejak pertengahan abad ke-19. PDB per kapitanya telah berkontraksi sekitar 40%, dan lebih dari 50% populasi kemungkinan tergelincir di bawah garis kemiskinan, CNN melaporkan.
"Penyusutan yang brutal dan cepat seperti itu biasanya dikaitkan dengan konflik atau perang," kata Bank Dunia dalam laporannya pada Juni 2021.
Seorang pria menghitung uang kertas pound Lebanon di tempat penukaran mata uang di Beirut, Lebanon 4 Maret 2021. Gambar diambil 4 Maret 2021. [REUTERS / Mohamed Azakir]
Krisis keuangan lebih jauh membuat krisis barang-barang pokok seperti bahan bakar dan obat-obatan karena dolar menipis.
UNICEF mengatakan jika sistem pasokan air publik runtuh, biaya air bisa melonjak 200% per bulan karena air akan diamankan dari pemasok air swasta.
UNICEF mengatakan dibutuhkan US$40 juta (Rp578 miliar) per tahun untuk mengamankan tingkat minimum bahan bakar, klorin, suku cadang dan pemeliharaan yang diperlukan untuk menjaga sistem kritis tetap beroperasi.
"Kecuali tindakan segera diambil, rumah sakit, sekolah, dan fasilitas umum penting tidak akan dapat berfungsi," kata Perwakilan UNICEF di Lebanon, Yukie Mokuo.
Hampir setahun Lebanon berjalan tanpa pemerintahan. Pekan lalu, mantan Perdana Menteri Saad Hariri membatalkan pencalonannya untuk memimpin pemerintahan penyelamatan, hampir sembilan bulan setelah dia ditugaskan untuk membentuk kabinet baru.
Langkah itu mendorong Lebanon ke dalam ketidakpastian yang lebih dalam, menyebabkan mata uangnya yang tenggelam semakin merosot dalam penurunan tajam hanya dalam 24 jam.
Baca juga: Eksklusif: Duta Besar Hajriyanto Ungkap Sebab Krisis Ekonomi Lebanon
REUTERS | CNN