TEMPO.CO, Jakarta - Banyak atlet kelas dunia, yang berlaga di Olimpiade, akan menderita bersama warga Tokyo di tengah musim panas yang menyengat di Jepang. Jika tidak ada aral melintang, Olimpiade Tokyo 2020 akan dimulai pada pekan ini.
Badan prakiraan cuaca Jepang memperingatkan terhadap gelombang panas, yang mungkin terjadi dalam lima hari ke depan, sejak Rabu, 21 Juli 2021. Cuaca di Ibu Kota Tokyo saat ini pergolakan antara panas dan lembab pada kisaran 33 derajat pada pukul 3 sore.
Pedayung putri Indonesia Mutiara Rahma Putri dan Melani Putri berlatih di Sea Forest Waterway, Tokyo, Jepang, Kamis 22 Juli 2021. Keduanya akan berlomba di nomor rowing Lightweight Women's Double Sculls Olimpiade Tokyo 2020 pada Sabtu 24 Juli 2021. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Koordinator Olimpiade Tokyo mengeluarkan alat untuk mengusir panas, seperti memasang sejumlah alat penyemprot kabut pada kuda-kuda yang akan berlaga di Olimpiade Tokyo dan rompi pendingin untuk para wasit. Akan tetapi, suhu panas telah membawa komplikasi lain kepada para pelatih dan atlet yang masa latihan mereka sudah terdampak pandemi Covid-19.
“Musim panas di Jepang ini tidak normal. Ada kelembapan dan suhu panas yang konyol. Iklim sedang tidak cocok untuk Olimpiade,” kata Misuzu Ueno, 24 tahun, warga Tokyo.
Kepala pelatih tim hoki dari Selandia Baru, Darren Smith, mengatakan ada banyak hal yang harus dikerjakan untuk mempersiapkan Olimpiade ini dan tantangan yang mungkin muncul selama pertandingan. Salah tantangan yang dia sebutkan adalah suhu yang sangat panas.
Smith menceritakan timnya sudah banyak melakukan latihan dan persiapan dalam menghadapi suhu, termasuk cuaca panas di dalam ruangan. Cuaca panas akan menjadi tantangan tambahan bagi atlet – atlet dari negara-negara di belahan selatan bumi, seperti Selandia Baru yang sekarang sedang musim dingin. Pada pekan ini, di Ibu Kota Wellington suhu diperkirakan 13 derajat celcius pada pekan ini.
Baca juga: Olimpiade Tokyo: Indonesia Masih Berharap Tambahan Tiket Cabang Selancar
Sumber: Reuters