TEMPO.CO, Jakarta - Varian Gamma COVID-19, yang terdeteksi pertama kali di Brasil, telah sampai di Rusia. Dikutip dari kantor berita Reuters, varian tersebut ditemukan dalam jumlah kecil di beberapa kota. Adapun produsen vaksin EpiVacCorona sebagai pihak yang pertama kali mendeteksi masuknya varian itu.
Kemunculan varian Gamma menyusul varian Delta COVID-19 yang lebih dulu muncul. Adapun varian Delta masih dianggap sebagai varian yang paling berbahaya karena menyebar dengan cepat dan berperan besar dalam menambah jumlah kasus di Rusia. Per berita ini ditulis, Rusia melaporkan ada 24.471 kasus dan 796 kematian baru akibat COVID-19 dalam 24 jam terakhir.
"Varian Delta menyebar cepat di wilayah Federasi Rusia dengan kasus-kasus varian Gamma mulai terdeteksi," ujar EpiVacCorona, satu dari empat perusahaan farmasi di Rusia yang terlibat dalam pengembangan vaksin COVID-19, Kamis, 22 Juli 2021.
Meski varian Delta menyebar cepat, EpiVacCorona menyatakan varian Gamma juga sama berbahayanya. Kedua varian, kata mereka, telah dimasukkan ke dalam kategori Variant of Concern (varian yang mengkhawatirkan) karena lebih cepat menyebar dan menurunkan efektivitas antibodi.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa varian Delta COVID-19 bakal menjadi varian yang dominan dalam hitungan bulan. Hal tersebut mengacu pada tren penyebaran varian Delta COVID-19 yang terus bertambah. Per berita ini ditulis, varian Delta telah menyebar ke 124 negara atau bertambah 13 dibanding pekan sebelumnya.
Sebelum varian Delta, varian baru COVID-19 yang pertama kali menyebar adalah Alpha, berasal dari Inggris. Varian tersebut masih yang paling dominan, menyebar di 180 negara.
Setelah Alpha, varian baru kedua yang muncul adalah Beta, berasal dari Afrika Selatan. Varian tersebut menyebar di 130 negara. Setelah itu baru varian Gamma yang berasal dari Brasil dan menyebar di 78 negara di mana salah satunya adalah Rusia.
Baca juga: Vietnam Buat Sampel Vaksin Rusia Sputnik V, Siap Diproduksi Massal
REUTERS | ISTMAN MP