TEMPO.CO, Jakarta - Militer Myanmar disebut-sebut telah menangkap sejumlah dokter yang memprotes kudeta yang dilakukan oleh junta. Dilansir dari Reuters, militer Myanmar menangkap beberapa dokter yang merawat pasien covid-19 secara mandiri.
Menurut sumber di media, penangkapan dokter dilakukan saat Myanmar sedang menghadapi kenaikan gelombang covid-19.
Sejak militer menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada Februari, gelombang protes terjadi di Myanmar. Sejumlah dokter ditangkap karena terlibat dalam protes tersebut.
Pada Kamis, 22 Juli 2021, Myanmar mencatat lebih dari 6.000 infeksi Covid-19. Tingkat kematian akibat Covid-19 sejumlah 286 kematian pada sehari sebelumnya.
Untuk membantu orang-orang yang tak pergi ke rumah sakit pemerintah karena menentang militer, dokter-dokter pun menawarkan konsultasi gratis lewat telepon. Mereka juga mengunjungi pasien di rumah untuk beberapa kasus tertentu.
Namun menurut laporan dokter dan media, setidaknya sembilan dokter sukarelawan yang menawarkan konsultasi jarak jauh telah ditahan oleh militer di Yangon dan Mandalay. Namun hal ini dibantah pihak militer. Juru bicara militer pun tak menjawab konfirmasi dari Reuters.
Seorang dokter, yang meminta tidak disebutkan namanya mengatakan empat rekannya sesama dokter di Mandalay telah ditangkap.
Di antara dokter tersebut adalah Kyaw Kyaw Thet, yang mengajar mahasiswa kedokteran, dan ahli bedah senior Thet Htay. Mereka diborgol dan dibawa pergi 16 Juli.
Seorang relawan dokter mengatakan militer telah menggunakan pandemi Covid-19 sebagai senjata melawan rakyat. Militer membatasi penjualan oksigen ke publik dan menolak pasien di rumah sakit yang dikelola militer. Warga yang ketakutan memilih mengobati sendiri di rumah.
"Ini seperti puncak gunung es. Kami melihat pasien meninggal setiap hari," kata seorang dokter yang tidak mau disebutkan namanya.
Joy Singhal, kepala delegasi Myanmar dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengatakan jumlah pasien covid-19 meningkat pesat. "Dalam beberapa hari terakhir sekitar sepertiga dari orang yang dites positif," ujarnya seperti dikutip dari CNN.
Baca: Penasihat Senior Aung San Suu Kyi Tewas Akibat COVID-19 di Penjara Myanmar
DEWI RINA | CNN | REUTERS