TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Amerika Serikat mulai mengevakuasi warga Afghanistan yang sempat bekerja untuknya selama beroperasi di Timur Tengah. Dikutip dari kantor berita Al Jazeera, warga-warga tersebut untuk sementara waktu akan ditempatkan di Pangkalan Militer Fort Lee, Virginia, sembari menunggu visa mereka selesai diurus.
Jumlah mereka yang akan diungsikan kurang lebih 2.500 orang. Hal tersebut mengacu pada daftar orang yang telah mengajukan permohonan emigrasi ke Amerika.
"Mereka adalah warga Afghanistan yang berani di mana jasa-jasa mereka ke Amerika telah diakui oleh Duta Besar (Amerika) di Kabul usai melalui proses verifikasi yang ketat," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika, Ned Price, Senin waktu setempat, 19 Juli 2021.
Evakuasi warga tersebut satu bagian dengan operasi penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan. Adapun evakuasi dilakukan karena Amerika takut Taliban akan mengincar ribuan warga tersebut karena pernah bekerja untuk Amerika dan NATO.
Orang-orang berdiri di atas kendaraan memegang bendera Taliban ketika berkumpul di dekat titik persimpangan Gerbang Persahabatan di kota Chaman, perbatasan Pakistan-Afganistan, di Pakistan 14 Juli 2021. REUTERS/Abdul Khaliq Achakzai
Baca Juga:
Ke-2.500 tersebut belum mencakup seluruh warga Afghanistan yang pernah bekerja untuk Amerika. Menurut data Kementerian Luar Negeri, jumlah mereka kurang lebih 20 ribu orang. Dengan kata lain, masih ada belasan ribu yang harus diselamatkan lewat evakuasi yang dinamai Operation Allies Refuge itu.
Para warga tersebut rata-rata bekerja sebagai penerjemah, sopir, staf, dan masih banyak lagi bagi kantor misi diplomatik Amerika di Afghanistan.
Per berita ini ditulis, Taliban sudah menguasai kurang lebih 80 persen wilayah Afghanistan. Wilayah terbaru yang berhasil mereka ambil alih adalah distrik Dehrawood, Provinsi Uruzgan, yang berada di selatan ibu kota Afghanistan, Kabul. Tidak tertutup kemungkinan distrik yang dikuasai bertambah.
Kembali ke Ned Price, ia mengatakan Pemerintah Amerika berencana terus mendesak Taliban untuk melakukan gencatan senjata dengan Afghanistan. Ia pun memastikan negosiasi damai antara kedua kubu, yang berlangsung di Qatar, akan berlanjut beberapa hari lagi.
"Kami optimistis berdasarkan apa yang kami lihat pada negosiasi terakhir. Pembicaraan akan berlanjut dalam beberapa hari atau pekan ke depan. Akan sangat penting bagi Afghanistan untuk mendapat dukungan internasional," ujar Ned Price menegaskan.
Baca juga: Di Tengah Salat Idul Adha, Roket Hajar Kompleks Rumah Presiden Afghanistan
ISTMAN MP | AL JAZEERA