TEMPO.CO, Jakarta - Kepresidenan Lebanon mengatakan konsultasi parlemen untuk memilih perdana menteri baru akan dimulai pada 26 Juli, dalam upaya lain untuk mendorong kelas politik Lebanon yang terpecah untuk membentuk pemerintahan negara berikutnya.
Politisi Lebanon Saad Hariri, mundur dari upaya untuk membentuk pemerintahan baru pekan lalu, meredupkan calon kabinet yang disepakati yang dapat mulai menyelamatkan negara dari krisis keuangan.
Keputusan Hariri menandai puncak dari konflik berbulan-bulan atas jabatan kabinet antara dia dan Michel Aoun, kepala negara Kristen Maronit yang bersekutu dengan kelompok Muslim Syiah yang didukung Iran, Hizbullah, dikutip dari Reuters, 19 Juli 2021.
Hariri dan Aoun saling menyalahkan satu sama lain.
Saad al-Hariri, Perdana Menteri Lebanon mengundurkan diri setelah gelombang unjuk rasa akibat krisis ekonomi. Sumber: Reuters / Benoit Tessier/RT.com
Tidak ada alternatif yang jelas untuk perdana menteri, sebuah jabatan yang harus diisi oleh seorang Sunni dalam sistem sektarian Lebanon.
Michel Aoun diharuskan memilih kandidat dengan dukungan terbesar dari anggota parlemen, di antaranya Hizbullah yang didukung Iran dan sekutu politiknya memiliki mayoritas.
Pemerintah Barat telah mendesak politisi Lebanon untuk membentuk pemerintahan yang dapat mengatur reformasi negara yang korup. Pemerintah Barat telah mengancam sanksi dan mengatakan dukungan keuangan tidak akan mengalir sebelum reformasi Lebanon dimulai.
Baca juga: Krisis Ekonomi, Angkatan Darat Lebanon Sewakan Helikopter untuk Wisata
REUTERS