TEMPO.CO, Jakarta - Claude Joseph, yang memimpin Haiti sebagai perdana menteri sementara sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise, mengatakan dalam wawancara Washington Post bahwa dia telah setuju untuk mundur, menyerahkan kekuasaan kepada penantang yang didukung oleh komunitas internasional.
Pengumuman tersebut, yang dibuat dalam sebuah wawancara eksklusif dengan The Post, mengakhiri perebutan kekuasaan antara Joseph dan Ariel Henry, ahli bedah saraf berusia 71 tahun yang ditunjuk sebagai perdana menteri oleh Moïse dua hari sebelum pembunuhan.
Keputusan Joseph untuk mundur, yang dia katakan adalah "demi kebaikan bangsa," dapat menyelesaikan krisis kepemimpinan yang dipicu oleh kematian Moïse.
Presiden Haiti Jovenel Moise dibunuh sekelompok pria bersenjata di rumahnya di ibu kota Haiti, Port-au-Prince, pada 7 Juli 2021. Kelompok bersenjata tersebut terdiri dari 28 anggota regu pembunuh, yang terdiri dari warga AS dan Kolombia. REUTERS/Valerie Baeriswyl
Joseph akan digantikan oleh Ariel Henry, yang diangkat sebagai perdana menteri oleh Jovenel Moise dua hari sebelum pembunuhannya, Axios melaporkan.
Joseph sebelumnya mengklaim bahwa Henry, yang didukung oleh komunitas internasional, tidak memiliki hak untuk bertindak sebagai pemimpin sementara karena dia belum diambil sumpah jabatan ketika Moise terbunuh.
"Semua orang yang mengenal saya tahu bahwa saya tidak tertarik pada pertempuran politik ini, atau perebutan kekuasaan apa pun," kata Joseph kepada Anthony Faiola dari Post. "Presiden adalah teman saya. Saya hanya tertarik untuk melihat keadilan baginya."
Keputusan Claude Joseph untuk mundur datang setelah Core Group, blok informal diplomat yang mencakup perwakilan AS, meminta Henry untuk melanjutkan tugas untuk membentuk pemerintahan Haiti, dan jika tidak tampaknya akan menarik dukungan internasional dari Joseph.
Baca juga: Istri Presiden Jovenel Moise Kembali ke Haiti Setelah Dirawat di Amerika Serikat
REUTERS | AXIOS