TEMPO.CO, Jakarta - Mejelang Hari Raya Idul Adha, warga di Gaza, Palestina berharap mampu mendapat keuntungan dari hasil penjualan hewan kurban. Uang yang didapat penting bagi para pedagang untuk bertahan hidup, apalagi ketika dampak dari pertempuran dengan Israel masih terasa. Sayangnya, penjualan sejauh ini tidak sesuai ekspektasi.
Dikutip dari kantor berita Reuters, penjualan hewan kurban di Gaza seret. Perekonomian Palestina yang terdampak blokade, perang, dan pandemi COVID-19 menyebabkan warga kesulitan membeli hewan kurban. Dampaknya, di berbagai pasar hewan, para pedagang dan peternak sampai harus membawa pulang hewan kurban mereka yang tak laku.
"Tahun ini, penjualan hewan kurban sungguh buruk akibat perang, pandemi, dan blokade yang diterapkan Israel dan Mesir," ujar salah satu pedagang hewan kurban, Saleem Abu Atwa, Senin, 19 Juli 2021.
Atwa berharap ketegangan regional, sebagai dampak dari perang Palestina - Israel, bisa segera mereda. Menurutnya, hal itu yang terbaik untuk saat ini, agar warga juga bisa menjalankan Hari Raya Idul Adha dengan tenang.
Kesulitan tidak hanya dirasakan oleh pedagang hewan kurban, tetapi juga pedagang pakaian dan aksesorinya. Dampak peperangan dengan Israel yang begitu besar membuat para pedagang hanya bisa berjualan seadanya menjelang Idul Adha. Padahal, biasanya, inilah periode penting untuk meningkatkan omset.
Warga Gaza, Shaban Esleem, merapihkan sisa-sisa toko buku dan percetakan miliknya yang hancur akibat pertempuran 11 hari Israel dan Palestina. Tokonya menjual buku-buku berbahasa Arab dan bahasa asing (Sumber: Reuters/ Ibraheem Abu Mustafa)
Kondisi itu salah satunya dialami oleh Mohammad Al-Qassas, pedagang sepatu di Rimal, Gaza. Ia berkata, tokonya hancur dalam pertempuran Palestina Israel beberapa pekan lalu. Alhasil, jelang Idul Adha, dirinya membuka lapak keliling dan menjual sisa-sisa dagangan yang berhasil ia selamatkan dari toko sepatunya.
"Saya khawatir gencatan senjata antara Palestina dan Israel hanya bertahan sementara. Adanya peperangan lagi akan menjadi bencana bagi kami," ujar Al-Qassas.
Bagi beberapa orang, menjalani Idul Adha kali ini berat tanpa kehadiran sejumlah anggota keluarga mereka. Pertempuran Israel - Palestina menyebabkan 250 orang tewas. Mahmoud Issa (73), pensiunan guru di Gaza, kehilangan putri dan cucunya dalam pertempuran itu. Dirinya mencoba berlalu dari bencana itu, namun ia mengaku hal itu tidak gampang.
"Kami harus membawa anak-anak kami keluar dari atmosfer (kelam) itu, membuat mereka merasa atmosfer Idul Adha. Dengan begitu, mereka melupakan sakitnya kehilangan ibu dan saudara mereka," ujar Issa, mencoba melupakan tragedi pertempuran Palestina - Israel yang menghancurkan 2200 rumah di Gaza.
Baca juga: Israel Serang Gaza dengan Pesawat Tempur, Balas Balon Pembakar
ISTMAN MP | REUTERS