TEMPO.CO, Jakarta - Hari yang ditunggu-tunggu warga Inggris akhirnya tiba. Per Senin malam dini hari, lockdown COVID-19 diangkat di Negeri Ratu Elizabeth itu. Warga dianjurkan tetap untuk memakai masker, namun kegiatan-kegiatan sosial sudah relatif lebih bebas untuk digelar. Alhasil, warga langsung merayakannya dengan berpesta.
Di London, live music digelar. Warga berdansa, bergumul untuk kembali merasakan interaksi sosial yang selama ini dibatasi pandemi. Para pakar memang pesimistik bahwa pelonggaran ini akan membawa dampak positif untuk jangka panjang, namun warga tidak peduli. Mereka sudah kangen berpesta, bersosialisasi.
"Saya dilarang berdansa untuk waktu yang cukup lama. Rasanya seperti seumur hidup. Aku ingin berdansa, aku ingin mendengarkan musik, aku mau merasakan getaran konser, dikelilingi orang-orang," ujar salah satu warga London, Georgia Pike (31), saat menikmati live music di Oval Space, Hackney, Senin, 19 Juli 2021.
Warga London tahu bahwa pandemi bisa saja menyerang mereka lagi dan memaksa lockdown diterapkan kembali. Namun, mereka ingin menikmati kebebasan yang ada selagi bisa.
Salah satu punggawa grup musik legendaris the Beatles Paul McCartney, menggelar konser musik tunggal, diberi judul `Out There'`dalam rangka tur musik Eropanya yang dimulai di London pada tanggal 23 Mei 2015. istimewa
Hal itu dinyatakan oleh Gary Cartmill yang juga warga London. Ia mengaku bahagia bisa berpesta lagi, namun ia juga tahu bahwa ancaman pandemi COVID-19 masih ada. Apalagi, angka kasus COVID-19 per hari di London masih di kisaran 50 ribu kasus, menandakan pandemi belum sepenuhnya terkendali.
"Jujur saya bahagia, namun bercampur rasa khawatir akan ancaman yang ada," ujar Cartmill.
Kekhawatiran serupa juga dirasakan personil band post-punk yang bermain di Oval Space, Crows. Penyanyi band tersebut, James Cox, mengaku sempat ragu antara manggung atau tidak. Namun, setelah kembali di atas panggung dan memainkan musiknya, Cox mengatakan kekhawatiran itu sirna.
"Saya awalnya ragu akan bisa menikmati konser dan tampil live setelah sekian lama. Namun, begitu saya berdiri di panggung dan mulai melakukan sound checking, saya tahu saya akan menyukai hal in. Ini passion saya," ujar Cox.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberikan pembaruan tentang pembatasan santai yang diberlakukan di negara itu selama pandemi penyakit virus corona (COVID-19) pada konferensi pers di dalam Downing Street Briefing Room di London, Inggris 12 Juli 2021. [Daniel Leal-Olivas/ Kolam renang melalui REUTERS]
Penyelenggara event live music di London, Rob Broadbent dan Max Wheeler Bowden, mengklaim telah memperingatkan warga untuk tetap patuh protokol kesehatan. Dengan kata lain, tetap mengikuti vaksinasi dan tes COVID-19.
Mereka berkata, event yang digelar sebenarnya tidak bisa dikatakan sepenuhnya sukses. Mereka mengurangi jumlah band dan venue konser karena jumlah penonton di bawah target. Hal itu di satu sisi menggambarkan masih adanya keraguan dari warga soal kondisi pandemi COVID-19 di Inggris.
Para pemilik usaha hiburan dan pariwisata di Inggris berharap banyak dari pelonggaran besar-besaran ini. Harapan mereka, ekonomi bisa digenjot untuk memperbaiki bisnis yang terpuruk.
Sementara itu, di pemerintahan, PM Boris Johnson justru melalui hari-hari pelonggaran, yang ia sebut "Hari Kemerdekaan", menjalani isoman. Ia belum lama ini kontak dengan kolega yang tertular COVID-19. PM Inggris itu sempat ngeyel, memilih untuk tidak isoman, namun akhirnya menurut.
Per berita ini ditulis, Inggris tercatat memiliki 5,4 juta kasus dan 128 ribu kematian akibat COVID-19.
Baca juga: Covid-19: Rencana Inggris Hapus PPKM Hari Ini, 1.200 Ilmuwan Menentang
ISTMAN MP | REUTERS