TEMPO.CO, Jakarta - Sebagian warga Singapura lebih memilih vaksin Covid-19 Sinovac dibandingkan vaksin dengan mRNA seperti Pfizer - BioNTech dan Moderna. Padahal vaksin Sinovac tak masuk dalam program pemerintah.
Singapura menyediakan suntikan mRNA yang lebih efektif yang diproduksi Pfizer - BioNTech dan Moderna. Vaksin ini gratis di bawah program vaksinasi nasional.
Namun ribuan orang memilih untuk membayar seharga S$ 25 atau sekitar Rp 250 ribu untuk vaksin covid-19 CoronaVac dari Sinovac.
Lihat juga: Talk Show TV Tempo: Mungkinkah Program Vaksinasi Dipercepat untuk Hadapi Varian Delta?
"Saya pribadi tidak percaya hasil (mRNA), dibandingkan sesuatu yang tradisional, yang telah digunakan selama lebih dari 100 tahun," kata Tan Bin Seng, pensiunan dokter Singapura. Ia lebih percaya vaksin Sinova yang menggunakan virus tak aktif.
Beberapa orang tak merasa rugi sudah menggunakan vaksin buatan China, yang didasarkan pada teknologi yang lebih mapan. Sebabnya kasus Covid-19 di Singapura sedikit. Mereka mengatakan kurang percaya diri dengan keamanan jangka panjang dari vaksin messenger RNA (mRNA) yang baru dikembangkan.
Pakar penyakit menular Leong Hoe Nam mengatakan banyak penduduk setempat yang mendaftar di Klinik Rophi untuk mendapatkan vaksin Sinovac. Rata-rata mereka yang mendaftar berusia 60-an tahun dan menyuarakan ketakutan seperti itu. Terlebih beredar kabar di media sosial tentang efek samping vaksin mRNA.
Regulator obat Eropa pekan lalu mengatakan telah menemukan kemungkinan hubungan antara peradangan jantung yang sangat langka dan vaksin mRNA COVID-19 dari Pfizer - BioNTech dan Moderna. Begitu pula di Amerika Serikat. Namun baik Eropa dan AS sepakat manfaat suntikan jauh lebih besar daripada risikonya.
Sejauh ini sebagian besar regulator justru khawatir tentang kemanjuran Sinovac dan hanya sedikit yang melaporkan efek sampingnya.
Klinik swasta di Singapura telah memberikan lebih dari 17.000 dosis CoronaVac pada awal Juli. Lebih dari 6 juta dosis total vaksin mRNA telah diberikan dan sekitar 2,4 juta orang telah divaksinasi lengkap dengan vaksin tersebut.
Warga negara China yang berbasis di Singapura mengatakan keputusan mereka mendapatkan vaksin Sinovac juga didorong oleh pesan online yang tidak jelas, bahwa vaksin buatan China akan memudahkan perjalanan pulang. Padahal China tak menerbitkan kebijakan tersebut.
“Rasanya China akan memberikan lebih banyak pengakuan terhadap vaksin buatannya,” kata Cedric Lin, insinyur perangkat lunak China.
Baca: Studi: Vaksin BioNTech Hasilkan Antibodi 10 Kali Lebih Banyak dari Sinovac
REUTERS