TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyatakan bahwa AS akan meningkatkan keamanan di kedutaan besarnya di Haiti setelah pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada pekan lalu. Namun AS tidak akan mengirimkan tentara ke sana untuk menstabilkan negara tersebut.
Pemerintah sementara Haiti pekan lalu meminta AS dan PBB mengerahkan pasukan guna melindungi infrastruktur utama menyusul pembunuhan Presiden Jovenel Moise. Joe Biden mengisyaratkan dia tidak bersedia.
“Kami hanya mengirim Marinir Amerika ke kedutaan kami,” kata Joe Biden. "Gagasan mengirim pasukan Amerika ke Haiti tidak ada dalam agenda," ujarnya, Kamis, 15 Juli 2021.
Mathias Pierre, menteri pemilihan Haiti, mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia yakin permintaan kepada AS untuk menaruh pasukan di Haiti relevan dilakuan. Sebab Haiti berada dalam situasi rawan dan adanya kebutuhan untuk menciptakan lingkungan yang aman hingga pemilihan presiden yang dijadwalkan dalam 120 hari mendatang.
Pierre juga mengatakan komentar Biden bahwa pengiriman pasukan AS tidak ada dalam agenda, namun sebenarnya opsi tersebut masih terbuka. “Kemungkinannya masih terbuka, situasi terkini akan menentukan hasilnya,” kata Pierre.
Baca Juga:
Pemerintah melakukan segala hal yang bisa menstabilkan negara, kembali ke lingkungan normal dan menyelenggarakan pemilu sambil mencoba mencapai kesepakatan dengan sebagian besar partai politik.
Permintaan intervensi AS di Haiti merujuk pada kejadian 1915 silam. Saat itu keributan besar terjadi di Haiti setelah pembunuhan presiden terakhir Haiti. Massa yang marah menyeret Presiden Vilbrun Guillaume Sam keluar dari Kedutaan Besar Prancis dan memukulinya sampai mati.
Presiden Amerika Serikat saat itu Woodrow Wilson mengirim Marinir ke Haiti, mengukuhkan pendudukan militer Amerika, yang berlangsung hampir dua dekade, untuk mencegah anarki.
Baca: Presiden Kolombia Sebut Sebagian Pengawal Tahu Plot Pembunuhan Presiden Haiti
AP
AP